Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, melontarkan kecaman keras terhadap aksi demonstrasi yang marak di Israel. Unjuk rasa tersebut menuntut diakhirinya konflik berkepanjangan di Gaza. Netanyahu berpendapat, seruan untuk menghentikan perang justru memberikan angin segar bagi Hamas dalam meja perundingan.
"Mereka yang menyerukan penghentian perang tanpa menaklukkan Hamas, tidak hanya memperkuat posisi mereka, tetapi juga menunda pembebasan sandera. Lebih dari itu, mereka memastikan tragedi 7 Oktober akan terulang," tegas Netanyahu saat rapat kabinet. Pernyataan ini merujuk pada serangan Hamas di tahun 2023 yang menjadi pemicu utama perang.
Puluhan ribu warga Israel turun ke jalanan Tel Aviv pada hari Minggu lalu, menyuarakan keinginan mereka untuk mengakhiri perang di Gaza. Sambil membawa foto para sandera dan bendera kuning, mereka menyerukan pembebasan warga Israel yang masih ditawan di Gaza.
"Kami di sini untuk menekankan kepada pemerintah bahwa ini mungkin kesempatan terakhir untuk menyelamatkan para sandera yang telah mendekam di terowongan Hamas selama hampir 700 hari," ungkap Ofir Penso, seorang guru berusia 50 tahun.
Aksi demonstrasi ini telah menjadi agenda rutin selama hampir dua tahun sejak serangan Hamas. Namun, demonstrasi pada hari Minggu lalu dianggap sebagai salah satu yang terbesar. Warga Israel berkumpul di "Lapangan Sandera", Tel Aviv, yang menjadi pusat aksi.
"Pemerintah Israel belum pernah menawarkan inisiatif yang tulus untuk mencapai kesepakatan komprehensif dan mengakhiri perang," kata Einav Tzangauker, ibu dari Matan yang ditawan di Gaza. "Kami menuntut kesepakatan yang menyeluruh dan realistis, serta penghentian perang. Kami menuntut hak kami: anak-anak kami!"