Jakarta – Menteri Keuangan mengungkapkan adanya pergeseran besar dalam aliran modal global. Aset-aset keuangan kini bergerak menjauhi Amerika Serikat (AS) menuju Eropa dan Jepang.
Dalam konferensi pers, Menkeu menjelaskan bahwa perubahan ini didorong oleh persepsi investor yang mencari tempat yang lebih aman (safe haven) untuk aset mereka. Arah pergerakan modal ini terutama menuju aset keuangan di Eropa dan Jepang, serta komoditas emas.
Aliran modal keluar juga dialami oleh negara-negara berkembang, menyebabkan tekanan pada mata uang dan berujung pada pelemahan nilai tukar.
Kebijakan tarif impor yang diterapkan oleh pemerintahan sebelumnya di AS dinilai menjadi pemicu utama. Tarif tinggi ini dipandang berpotensi menghambat pertumbuhan ekonomi AS sendiri.
Selain itu, China, sebagai negara ekonomi terbesar kedua di dunia, juga terkena dampak dengan tarif yang signifikan. Situasi ini mendorong perilaku risk aversion atau penghindaran risiko di kalangan pelaku usaha dan pemilik modal. Perang tarif antara AS dan China berpotensi meningkatkan inflasi dan memperlambat pertumbuhan ekonomi AS.
Gubernur Bank Indonesia (BI) juga mengamini fenomena ini. Kebijakan tarif tersebut menciptakan selera risiko (risk appetite) yang sangat tinggi. Investor global memindahkan investasi portofolio mereka ke negara dan aset yang dianggap lebih aman, seperti obligasi pemerintah Eropa dan Jepang, serta emas. Hal ini memicu aliran modal keluar dari pasar negara berkembang menuju negara-negara yang dianggap aman.