Selamat pagi! Inilah rangkuman berita penting dari seluruh dunia yang terjadi dalam 24 jam terakhir.
Krisis Gaza Memicu Protes Massal di Israel
Gelombang demonstrasi melanda Israel dengan diperkirakan 500.000 orang turun ke jalan. Mereka menuntut penghentian segera perang di Gaza dan mendesak pemerintah untuk mencapai kesepakatan pembebasan sandera. Media melaporkan sekitar 50 sandera Israel masih berada di Gaza, dengan 20 di antaranya diyakini masih hidup.
Para demonstran membawa spanduk yang menyerukan intervensi Presiden AS Donald Trump untuk "menyelamatkan" Israel dari kepemimpinan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Menanggapi protes tersebut, PM Netanyahu menyatakan bahwa mengakhiri perang tanpa mengalahkan Hamas hanya akan memperkuat kelompok tersebut dan memastikan terulangnya peristiwa mengerikan 7 Oktober, serta mengharuskan generasi mendatang untuk terus berperang.
Qantas Dihukum Akibat PHK Massal
Maskapai penerbangan nasional Australia, Qantas, menghadapi denda besar, berpotensi mencapai AU$121 juta, dengan minimal AU$90 juta. Hakim Pengadilan Federal Australia Michael Lee memerintahkan denda itu diberikan atas pemecatan ilegal staf darat pada tahun 2020 selama pandemi COVID-19. Serikat Pekerja Transportasi (TWU) akan menerima AU$50 juta dari denda tersebut. TWU sebelumnya menuntut denda maksimum dan kompensasi AU$120 juta untuk karyawan yang terdampak.
Banjir Bandang Pakistan Merenggut Ratusan Nyawa
Jumlah korban tewas akibat hujan lebat di wilayah utara Pakistan telah mencapai setidaknya 337 orang, menurut badan penanggulangan bencana setempat. Pihak berwenang memperingatkan risiko banjir bandang dan tanah longsor lebih lanjut. Ketua Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Letnan Jenderal Inam Haider, menyatakan bahwa Pakistan sedang mengalami perubahan pola cuaca akibat perubahan iklim. Meskipun beberapa negara menawarkan bantuan, Pakistan menyatakan memiliki sumber daya yang cukup untuk mengatasi situasi tersebut.
Pemimpin Eropa Bertemu di Gedung Putih Bahas Ukraina
Kanselir Jerman Friedrich Merz, Presiden Prancis Emmanuel Macron, dan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer akan bergabung di Gedung Putih untuk membahas perang di Ukraina. Mereka akan bertemu dengan koalisi sekutu, termasuk Perdana Menteri Australia Anthony Albanese, untuk memperkuat posisi Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy. Para pemimpin berharap dapat mengamankan jaminan keamanan bagi Ukraina, termasuk peran Amerika Serikat. Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, memperingatkan Rusia akan menghadapi "konsekuensi", termasuk sanksi yang lebih berat, jika kesepakatan tidak tercapai. Setelah pertemuan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, Presiden Trump menghubungi Presiden Zelenskyy dan menyampaikan tawaran Rusia untuk membekukan garis depan dengan syarat Ukraina menyerahkan seluruh Provinsi Donetsk. Zelenskyy menolak tawaran tersebut, sementara Rusia menguasai sebagian besar wilayah Ukraina, termasuk sekitar tiga perempat Provinsi Donetsk.