MOSKOW – Rusia dengan tegas menolak segala bentuk kehadiran pasukan NATO di Ukraina, terlepas dari alasan atau skenario yang diajukan. Penegasan ini disampaikan sebagai respons terhadap wacana potensi misi militer Barat di Ukraina.
Ukraina sendiri menginginkan jaminan keamanan setara dengan pertahanan kolektif NATO sebagai salah satu syarat utama untuk perdamaian abadi dengan Rusia. Namun, baik Rusia maupun Amerika Serikat (AS) sebelumnya telah menolak gagasan keanggotaan Ukraina dalam aliansi NATO.
Meskipun demikian, muncul wacana dari utusan Presiden AS terkait kemungkinan pemberian perlindungan ala Pasal 5 NATO kepada Ukraina. Pasal 5 NATO menyatakan bahwa serangan terhadap satu anggota dianggap sebagai serangan terhadap semua. Wacana ini menimbulkan kebingungan mengingat Ukraina bukan anggota NATO.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia menuding Inggris berupaya menghambat proses diplomatik yang sedang berlangsung antara Moskow dan Washington dalam upaya penyelesaian damai konflik Ukraina. Rusia menilai tindakan tersebut berpotensi memicu konflik global baru.
Sebelumnya, pejabat tinggi keamanan Rusia juga telah memperingatkan bahwa kehadiran pasukan NATO di Ukraina dapat berujung pada Perang Dunia III. Beberapa negara Eropa, seperti Jerman, Polandia, dan lainnya, telah menolak untuk mengirimkan personel militer mereka ke Ukraina.
Di sisi lain, muncul indikasi bahwa Presiden Rusia bersedia mempertimbangkan opsi jaminan keamanan untuk Ukraina. Informasi ini muncul setelah pertemuan antara pemimpin Rusia dan AS.
Presiden AS menyatakan bahwa pemimpin Rusia telah setuju bahwa Rusia akan menerima jaminan keamanan untuk Ukraina. Hal ini menjadi salah satu poin penting yang akan dibahas dalam perundingan lebih lanjut, dengan harapan mencapai kesepakatan yang dapat mencegah agresi di masa depan terhadap Ukraina.