Musisi sekaligus dokter, Tompi, kembali menyuarakan kekecewaannya terhadap sistem royalti musik di Indonesia yang dinilainya absurd dan merugikan. Ia menganggap sistem saat ini justru memberatkan para pencipta lagu dan penyanyi.
Tompi mengungkapkan, banyak musisi yang kini enggan tampil di acara-acara, termasuk acara pernikahan, karena takut terbebani biaya royalti. Ia mencontohkan, bayaran yang diterima tidak sebanding dengan royalti yang harus dibayarkan.
Hal yang paling ironis, menurut Tompi, adalah kewajibannya membayar royalti saat membawakan lagu ciptaannya sendiri. "Yang paling mengerikan, saya pun mau menyanyikan lagu sendiri saya harus bayar. Yang saya setor bisa lebih gede daripada yang saya terima per tahun. Kan gila ya," ujarnya.
Akibat aturan tersebut, Tompi bahkan mengurangi jumlah lagu yang dibawakannya saat tampil di panggung. Ia mencontohkan, niat awalnya membawakan 15 lagu terpaksa dibatalkan karena adanya biaya royalti yang harus dibayarkan.
Tompi menegaskan, sudah saatnya sistem pengelolaan royalti di Indonesia dievaluasi secara menyeluruh. Ia menyerukan adanya perubahan yang signifikan terhadap sistem yang dianggapnya tidak adil.
Sebelumnya, Tompi juga telah memutuskan untuk keluar dari Lembaga Manajemen Kolektif (LMK) WAMI sebagai bentuk protes atas persoalan royalti yang tak kunjung selesai dan semakin kompleks.