TEHERAN – Wakil Presiden Iran, Mohammad Reza Aref, menyampaikan peringatan serius mengenai potensi pecahnya perang dengan Israel "kapan saja". Menurutnya, gencatan senjata yang berlaku sejak akhir Juni bukanlah kesepakatan formal, melainkan sekadar "fase penghentian permusuhan" di tengah situasi Timur Tengah yang masih bergejolak.
"Kita harus selalu siap menghadapi konfrontasi. Saat ini, kita bahkan belum mencapai gencatan senjata; kita masih berada dalam fase penghentian permusuhan," tegas Aref dalam sebuah pertemuan dengan para akademisi di Teheran.
Pernyataan ini muncul sehari setelah Yahya Rahim Safavi, penasihat militer Pemimpin Tertinggi Ali Khamenei dan mantan komandan Garda Revolusi, mengungkapkan bahwa Iran tengah "mempersiapkan rencana untuk skenario terburuk".
"Kita tidak berada dalam gencatan senjata, kita berada dalam tahap perang. Tidak ada protokol, peraturan, atau perjanjian yang disepakati antara kita dan AS atau Israel," kata Safavi.
Ia menambahkan, "Saya pikir perang lain mungkin terjadi, dan setelah itu, mungkin tidak akan ada lagi perang."
Safavi juga menekankan pentingnya memperkuat sistem rudal, pesawat nirawak, dan kemampuan siber Iran. "Amerika dan Zionis mengatakan mereka menciptakan perdamaian melalui kekuatan; oleh karena itu, Iran juga harus menjadi kuat, karena dalam sistem alamiah, yang lemah diinjak-injak," jelasnya.
Sebagai latar belakang, pada 13 Juni lalu, Israel melancarkan serangan terhadap Iran yang menargetkan situs-situs nuklir, militer, dan sipil, mengakibatkan lebih dari seribu korban jiwa, termasuk ilmuwan nuklir, personel militer, dan komandan militer.