Ari Lasso Geram: WAMI Dituding ‘Curi Start’ Soal Royalti

Ari Lasso kembali menyuarakan kekecewaannya terkait royalti yang diterimanya dari Wahana Musik Indonesia (WAMI). Kali ini, kekesalan Ari dipicu oleh tindakan WAMI yang dianggap terburu-buru memberikan klarifikasi mengenai pembayaran royaltinya.

Perseteruan ini bermula ketika Ari Lasso dihubungi oleh Direktur Utama WAMI, Adi Adrian, yang menginformasikan bahwa royalti puluhan juta rupiah telah dikirimkan. Ari Lasso, yang merasa belum menerima royalti tersebut, berinisiatif untuk meminta maaf kepada publik. Namun, niat baik ini ditolak oleh Adi Adrian.

"Mas Adi bilang, ‘Kamu sudah terima puluhan juta rupiah lho.’ Saya [bilang], ‘Oh iya. Wah kalau begitu saya minta maaf deh. Saya akan mengakui saya tidak sadar ditransfer,’" ungkap Ari Lasso dalam unggahannya di Instagram.

Namun, beberapa saat setelah percakapan tersebut, Adi Adrian bersama WAMI justru mengadakan konferensi pers dan mengklaim telah mentransfer royalti kepada Ari Lasso. Tindakan ini membuat Ari Lasso merasa kesal karena merasa dicegah untuk meminta maaf terlebih dahulu. Ia menuduh WAMI telah mencuri start dan membuatnya seolah-olah terlihat serakah.

"Anda nyolong start dengan membalikkan keinginan minta maaf saya. Kena prank deh gue," ujar Ari Lasso dengan nada kecewa.

Tidak hanya itu, Ari Lasso juga mempertanyakan kejelasan mengenai besaran royalti yang diterimanya. Ia ingin mengetahui rincian asal muasal royalti tersebut, apakah dari hak pertunjukan (performing rights), lisensi digital, atau kombinasi keduanya.

"Kami tetap menuntut penjelasan dari mana asal angka puluhan juta dan ratusan ribu itu," tegas Ari Lasso.

Sebelumnya, WAMI mengklaim telah mengirimkan royalti kepada Ari Lasso sebesar puluhan juta rupiah dalam beberapa bulan terakhir. Adi Adrian menjelaskan bahwa angka Rp497 ribu yang sempat disebut oleh Ari Lasso merupakan kesalahpahaman, karena jumlah sebenarnya jauh lebih besar dan telah ditransfer ke rekening Ari Lasso.

"Terjadi miskomunikasi terhadap postingan yang bersangkutan yang kemudian memunculkan persepsi keliru di media sosial, dan publik. Nilai royalti yang diterima AL jauh berkali-kali lipat lebih besar dari angka yang beredar," jelas Adi Adrian.

Scroll to Top