Banjir Bandang Pakistan Tewaskan Ratusan Orang, Warga Trauma dan Mengungsi

Bencana banjir bandang melanda wilayah barat laut Pakistan, merenggut nyawa lebih dari 300 jiwa, dan meninggalkan trauma mendalam bagi para penyintas. Warga, khususnya di distrik Buner, Khyber Pakhtunkhwa, masih enggan kembali ke rumah mereka yang terendam, diliputi ketakutan akan hujan susulan.

Sahil Khan, seorang mahasiswa berusia 24 tahun, menggambarkan situasi sebagai "skenario kiamat." Bersama belasan warga lainnya, ia terpaksa mengungsi ke atap bangunan demi menghindari terjangan banjir yang dipicu hujan deras.

Data terkini menyebutkan, sedikitnya 341 orang meninggal dunia akibat banjir sejak Jumat lalu. Buner menjadi wilayah dengan jumlah korban terbanyak, mencapai lebih dari 200 jiwa. Tragisnya, puluhan perempuan dan anak-anak termasuk di antara korban tewas.

Banjir bandang dahsyat ini menyapu bersih rumah, bangunan, dan kendaraan, menyebabkan kerusakan parah di kawasan perbukitan. Banyak warga desa Bayshonai Kalay, Buner, kini mengungsi ke dataran tinggi, mencari perlindungan di rumah kerabat atau kamp-kamp darurat yang didirikan pemerintah.

Upaya penyelamatan dan bantuan terhambat oleh akses yang sulit. Jalan-jalan sempit mempersulit masuknya alat berat dan bantuan logistik.

Kondisi di pusat kota Buner juga sangat memprihatinkan. Lumpur setinggi 1,5 meter menutupi toko dan rumah, memaksa warga bergotong royong membersihkan puing-puing dengan alat seadanya. Mobil dan barang-barang pribadi berserakan di antara reruntuhan, menjadi saksi bisu kehancuran yang ditinggalkan oleh banjir bandang mematikan ini. Warga berharap bantuan segera tiba dan kondisi dapat segera pulih.

Scroll to Top