Hubungan antara Pakistan dan India kembali memanas setelah serangan mematikan di wilayah Kashmir yang dikuasai India. Islamabad merespons dengan menutup wilayah udaranya bagi maskapai penerbangan India sebagai balasan atas penangguhan perjanjian penting oleh New Delhi.
Konflik semakin meruncing setelah Pakistan menolak keras keputusan India menangguhkan Perjanjian Perairan Indus. Islamabad menganggap tindakan menghentikan atau mengalihkan aliran air yang menjadi haknya sebagai deklarasi perang dan siap merespons dengan seluruh kekuatan yang dimilikinya. Perjanjian yang ditengahi oleh Bank Dunia ini mengatur pembagian air dari Sungai Indus dan anak-anak sungainya antara kedua negara, di mana Pakistan sangat bergantung pada air tersebut untuk irigasi dan pembangkit listrik tenaga air.
Selain penutupan wilayah udara, Pakistan mengancam akan menghentikan seluruh aktivitas perdagangan dengan India, termasuk yang melalui negara ketiga. Penghentian visa khusus Asia Selatan untuk warga negara India juga menjadi bagian dari tindakan balasan.
Kantor Perdana Menteri Pakistan Shehbaz Sharif mengeluarkan pernyataan yang menegaskan niat untuk menangguhkan semua perjanjian bilateral dengan India, termasuk Perjanjian Simla tahun 1972, sampai New Delhi menghentikan tindakan yang dianggap sebagai "mengobarkan terorisme di Pakistan". Perjanjian Simla, yang ditandatangani pasca perang ketiga antara kedua negara, menetapkan prinsip-prinsip hubungan bilateral, termasuk penghormatan terhadap garis gencatan senjata di Kashmir.
Tindakan ini diambil setelah Kementerian Luar Negeri India mengumumkan penangguhan visa bagi warga Pakistan dan mencabut visa yang telah dikeluarkan. Hingga saat ini, belum ada tanggapan resmi dari India atas tindakan Pakistan ini.
Sebelumnya, serangan bersenjata terhadap wisatawan di Kashmir menyebabkan 26 orang tewas. Polisi India kemudian merilis informasi mengenai tiga tersangka, dua di antaranya diidentifikasi sebagai warga Pakistan.
Perdana Menteri India Narendra Modi berjanji akan mengejar pelaku serangan tersebut hingga ke ujung dunia dan memastikan mereka dihukum seberat-beratnya. India menuding adanya keterlibatan pihak lintas batas dalam serangan tersebut, yang mendorong penangguhan perjanjian pembagian air Sungai Indus dan penutupan jalur penyeberangan darat dengan Pakistan.
Kashmir, dengan mayoritas penduduk Muslim, menjadi sumber konflik utama antara India dan Pakistan. Kedua negara mengklaim kepemilikan penuh atas wilayah tersebut, meskipun hanya menguasai sebagian. Kashmir telah menjadi penyebab dua dari tiga perang antara India dan Pakistan, serta saksi bisu pemberontakan berdarah terhadap kekuasaan India.
India sering menuduh Pakistan terlibat dalam pemberontakan di Kashmir, namun Islamabad membantah dan menyatakan hanya memberikan dukungan diplomatik dan moral terhadap hak penentuan nasib sendiri. Konflik di Kashmir telah merenggut puluhan ribu nyawa sejak pemberontakan dimulai pada tahun 1989. Meskipun pemberontakan mereda dalam beberapa tahun terakhir dan pariwisata meningkat, serangan mematikan baru-baru ini kembali menghidupkan ketegangan.