Jakarta – Perdana Menteri Australia, Anthony Albanese, merespons dengan tenang setelah dilabeli pengkhianat oleh Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu. Albanese menyatakan bahwa komentar serupa dari Netanyahu juga ditujukan kepada pemimpin negara lain.
"Saya tidak menganggap ini personal. Saya berinteraksi secara diplomatis. Dia pernah melontarkan pernyataan serupa kepada pemimpin-pemimpin lainnya," ujar Albanese dalam konferensi pers, Rabu (20/8).
Kritik pedas Netanyahu muncul setelah Albanese mengisyaratkan bahwa Australia akan mengakui negara Palestina. Melalui unggahan di media sosial X, Netanyahu menyebut Albanese sebagai "pengkhianat".
"Sejarah akan mencatat Albanese apa adanya: seorang politikus lemah yang mengkhianati Israel dan orang-orang Yahudi Australia," tulis Netanyahu.
Pernyataan tersebut dilontarkan setelah Albanese menyatakan rencana pengakuan kedaulatan Palestina dalam pertemuan Majelis Umum PBB bulan September mendatang. Pengakuan ini direncanakan akan dilakukan bersama dengan negara-negara seperti Prancis, Kanada, dan Inggris.
Gelombang kecaman dari sejumlah negara Barat terhadap Israel meningkat belakangan ini akibat krisis kelaparan di Jalur Gaza, Palestina. Banyak warga Gaza yang menderita bahkan meninggal dunia akibat kekurangan gizi dan serangan brutal dari Israel.
Netanyahu menentang keras langkah negara-negara tersebut. Ia berpendapat bahwa pengakuan Palestina merupakan bentuk dukungan terhadap kelompok Hamas.
Terkait rencana pengakuan Palestina, Albanese menegaskan bahwa ia telah menyampaikan hal ini kepada Netanyahu sebelum pengumuman resmi.
"Saya telah memberikan indikasi yang jelas kepada Perdana Menteri Netanyahu mengenai pandangan saya dan arah kebijakan Australia, serta memberikan kesempatan baginya untuk menguraikan solusi politik yang ada," kata Albanese.