Badan Pengelola Investasi Danantara menyatakan kesiapannya untuk merealisasikan target ambisius yang ditetapkan oleh Presiden Prabowo Subianto, yaitu menyumbangkan US$50 miliar (sekitar Rp 813,8 triliun) kepada negara.
CEO Danantara, Rosan Roeslani, menegaskan bahwa pihaknya akan berupaya sekuat tenaga untuk mencapai target Return of Asset (ROA) tersebut. "Kami akan melakukan yang terbaik dengan investasi yang ada, aset yang dimiliki, dan ekuitas yang tersedia. Ini akan menjadi parameter kinerja kami ke depannya," ujarnya di Gedung Parlemen, Jakarta.
Rosan menambahkan bahwa Danantara akan menjadikan Sovereign Wealth Fund (SWF) dari berbagai negara sebagai tolok ukur dalam pengelolaan investasi. Diharapkan, dengan strategi ini, Danantara dapat mewujudkan program yang dicanangkan oleh Presiden.
Ketua Komisi XI DPR RI, Mukhamad Misbakhun, menjelaskan bahwa angka US$50 miliar yang dimaksud Presiden Prabowo adalah dampak ekonomi yang dihasilkan dari pengelolaan Danantara. "Diharapkan, investasi yang berbeda-beda ini akan menghasilkan guliran ekonomi sekitar US$50 miliar. ROA akan berbeda lagi, Presiden berbicara tentang persentase. Berapa persen yang dibuat? Terus diharapkan diinvestasikan berapa persen?" jelas Misbakhun.
Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto menekankan bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Indonesia tidak boleh lagi mengalami defisit. Hal ini disampaikannya dalam pidato kenegaraan di Sidang Tahunan MPR.
Presiden Prabowo menilai, dengan aset BUMN yang bernilai lebih dari US$1.000 triliun, seharusnya BUMN mampu memberikan kontribusi minimal US$50 miliar atau setara dengan Rp807,75 triliun kepada negara. Jika hal ini terwujud, APBN RI tidak akan defisit. Oleh karena itu, Presiden memberikan tugas kepada Badan Pengelola Investasi dan Kementerian BUMN untuk menata perusahaan-perusahaan milik negara.