Bank Indonesia (BI) kembali memangkas suku bunga acuan pada Agustus 2025, menjadi 5%. Ini adalah penurunan keempat kalinya tahun ini. Keputusan ini memicu berbagai tanggapan dari para ekonom, yang sebagian besar menilai langkah ini sebagai respons yang tepat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Ekonom melihat inflasi yang terkendali dan nilai tukar rupiah yang stabil sebagai alasan kuat bagi BI untuk fokus pada pertumbuhan. Data inflasi Juli 2025 menunjukkan angka 2,37%, masih dalam target BI (1,5%-3,5%). Kondisi ini memberikan ruang bagi pelonggaran moneter tanpa mengganggu stabilitas harga.
Para ekonom juga menyoroti likuiditas ekonomi yang melimpah menjelang akhir tahun sebagai faktor pendukung pemangkasan suku bunga. Mereka memprediksi adanya peluang untuk penurunan suku bunga lebih lanjut hingga akhir tahun, dengan catatan inflasi inti tetap terjaga dan rupiah tidak tertekan oleh sentimen global.
Prospek Pemangkasan Suku Bunga Lanjutan
Beberapa skenario pemangkasan suku bunga acuan BI hingga akhir tahun bermunculan. Skenario pertama memprediksi satu kali pemangkasan tambahan sebesar 25 bps pada kuartal IV, menjadi 4,75%. Skenario kedua, yang lebih longgar, memprediksi total penurunan 50 bps, hanya jika kondisi global mendukung, seperti pelonggaran kebijakan oleh The Fed dan stabilitas rupiah.
Dampak dan Risiko yang Perlu Diwaspadai
Meskipun mendukung pemangkasan suku bunga, ekonom mengingatkan akan potensi tekanan terhadap nilai tukar rupiah dan kenaikan inflasi akibat peningkatan konsumsi. Mereka juga menyoroti pentingnya menjaga stabilitas rantai pasok pangan, terutama dengan adanya program makan bergizi gratis yang akan meningkatkan permintaan pangan.
Kesimpulan
Pemangkasan suku bunga oleh BI dinilai sebagai langkah yang tepat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, mengingat kondisi inflasi dan nilai tukar rupiah yang stabil. Namun, perlu diwaspadai potensi tekanan terhadap rupiah dan inflasi, serta pentingnya menjaga stabilitas rantai pasok pangan.