Mengapa Bunga Kredit Bank Sulit Turun Meski BI Rate Dipangkas?

Bank Indonesia (BI) kembali menurunkan suku bunga acuan atau BI Rate menjadi 5%. Ini adalah penurunan ketiga kalinya setelah sebelumnya pada Mei dan Juli. Namun, mengapa penurunan BI Rate ini tidak serta merta diikuti dengan penurunan bunga kredit perbankan?

Gubernur BI, Perry Warjiyo, menyoroti lambatnya industri perbankan dalam menurunkan suku bunga kredit. Data menunjukkan pada Juli 2025, suku bunga kredit masih stagnan di angka 9,16%. Kondisi ini dinilai menghambat pertumbuhan ekonomi karena penyaluran kredit menjadi kurang optimal. Pertumbuhan kredit perbankan tercatat melambat menjadi 7,03% (yoy).

Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, menilai penurunan BI Rate sudah tepat karena inflasi terkendali, output gap negatif, dan fundamental valas membaik. Ia berharap penurunan ini dapat memicu bank menurunkan suku bunga kredit.

Ada beberapa faktor yang dapat mendorong penurunan bunga kredit dalam beberapa bulan mendatang. Pertama, peningkatan likuiditas sistem perbankan. Kedua, persaingan kredit yang semakin ketat mendorong bank untuk memotong margin keuntungan. Ketiga, ekspektasi terhadap kebijakan BI yang masih dovish.

Namun, penurunan suku bunga kredit diperkirakan akan terjadi secara bertahap dan tersegmentasi. Segmen korporasi dan KPR berprofil risiko rendah kemungkinan akan lebih dulu merasakan penurunan, sementara UMKM dan kredit konsumsi akan menyusul karena biaya risiko yang lebih tinggi.

Bank Mandiri menanggapi penurunan BI Rate ini sebagai kebijakan moneter yang akomodatif. Bank akan mempertimbangkan kondisi likuiditas dan kebijakan moneter yang berlaku sebelum menyesuaikan suku bunga kredit. Penyesuaian diharapkan dapat mendukung pertumbuhan ekonomi dengan tetap menjaga stabilitas inflasi dan nilai tukar. Bank Mandiri akan terus menjaga peran intermediasi secara selektif, terutama dalam mendukung sektor produktif yang berorientasi pada penguatan ekonomi kerakyatan.

Scroll to Top