Merasa terjebak dalam pekerjaan yang terasa hambar dan tidak berarti? Waspadalah! Kondisi ini bukan hanya menurunkan semangat kerja, tapi juga berpotensi besar merusak kesehatan fisik dan mentalmu. Kehilangan makna dalam pekerjaan bisa memicu stres berkepanjangan, memicu kebiasaan buruk, bahkan memunculkan "technostress" akibat tuntutan digital yang tak ada habisnya.
Tekanan pekerjaan di era digital semakin meningkat, terutama bagi mereka yang kesehariannya tak lepas dari teknologi. Tugas-tugas sederhana bisa berubah menjadi pekerjaan monoton yang menguras tenaga, diperparah dengan sistem daring yang rumit dan birokrasi yang berbelit-belit. Lebih buruk lagi, muncul tugas-tugas yang terasa absurd dan tak memiliki tujuan yang jelas. Kondisi ini menciptakan perasaan tidak berguna dan kehilangan arah.
Saat makna dalam pekerjaan memudar, kecenderungan untuk mencari pelarian melalui perilaku tidak sehat semakin besar. Banyak orang mulai mencari kenyamanan sesaat dengan makan berlebihan, mengonsumsi alkohol, atau terjebak dalam gaya hidup sedentari. Kebiasaan buruk ini menciptakan lingkaran setan: energi terkuras, suasana hati memburuk, dan rasa makna semakin menghilang.
Di era notifikasi yang tak henti-hentinya, platform digital yang selalu menuntut perhatian, dan tugas-tugas administratif yang menumpuk, muncul fenomena "technostress". Tekanan untuk selalu terhubung dan beradaptasi dengan sistem digital bukan hanya melelahkan, tetapi juga dapat memicu masalah kesehatan mental seperti kecemasan dan burnout.
Meskipun mengundurkan diri dari pekerjaan yang terasa hampa adalah solusi ideal, kenyataannya tidak selalu memungkinkan. Namun, ada cara untuk menemukan kembali makna, bahkan dari hal-hal kecil. Cobalah melihat kembali konteks yang lebih besar dari pekerjaanmu. Mungkin saja tugas administratif yang kamu kerjakan adalah bagian dari layanan penting yang menyelamatkan, mendidik, atau menggerakkan roda kehidupan masyarakat. Dengan melihat peranmu dari perspektif yang lebih luas, kamu bisa menumbuhkan kembali rasa kontribusi dan menemukan makna yang hilang.