Penelitian terbaru terhadap dua galaksi spiral yang sedang bertabrakan, NGC 5713 dan NGC 5719, memberikan wawasan berharga tentang kemungkinan nasib Bima Sakti dan Andromeda ketika keduanya kelak bertumbukan. Hasil studi ini, yang diterbitkan dalam Jurnal Monthly Notices of the Royal Astronomical Society, juga berpotensi memecahkan teka-teki yang selama ini membingungkan model kosmologi standar.
Terletak sekitar 88 juta tahun cahaya dari Bumi, NGC 5713 dan NGC 5719 saat ini terpisah sekitar 300.000 tahun cahaya. Jarak ini terus menyusut seiring dengan pergerakan mereka yang semakin mendekat.
Menurut model kosmologi standar, galaksi-galaksi satelit yang mengelilingi galaksi besar seharusnya merupakan sisa-sisa blok pembangun yang menyatu melalui halo materi gelap raksasa. Teori ini memprediksi bahwa galaksi katai seharusnya mengorbit galaksi induknya secara acak melalui halo materi gelap tersebut.
Namun, pengamatan menunjukkan anomali. Banyak galaksi satelit ternyata tidak bergerak secara acak. Misalnya, sejumlah galaksi katai di Bima Sakti mengorbit dengan arah yang seragam pada bidang yang sempit. Teleskop Luar Angkasa Hubble juga menemukan bahwa galaksi katai di Andromeda tersusun dalam bidang rotasi tertentu.
"Kami menduga satelit-satelit ini mungkin mengorbit secara acak, lebih mirip awan daripada cakram, sebelum galaksi-galaksi ini mendekat," kata Sarah Sweet, seorang astronom.
Sebanyak 14 galaksi katai telah dikonfirmasi mengorbit sistem NGC 5713/5719 melalui pengukuran kecepatan, sementara 18 kandidat lain masih menunggu konfirmasi. Yang menarik, 14 galaksi katai tersebut terbagi dalam dua kelompok sesuai dengan galaksi induknya, namun tetap mengorbit keduanya pada arah dan bidang yang sama.
Para astronom kini tengah meneliti apakah penggabungan Bima Sakti dan Andromeda nantinya akan serupa dengan tabrakan galaksi lain di alam semesta, atau justru memiliki perbedaan. Karena NGC 5713 dan NGC 5719 masih berada pada tahap awal tabrakan, keduanya menjadi objek studi yang sangat menarik.
