Kisah Rumah yang Terbelah Tol di China: Penyesalan dan Akhir Sebuah Perjuangan

Jakarta – Masih ingat rumah unik yang berdiri tegak di tengah jalan tol Jinxi, Tiongkok? Kisah rumah tersebut sempat viral karena lokasinya yang tak lazim. Kini, babak baru telah dimulai: sang pemilik dan keluarganya telah meninggalkan hunian tersebut.

Huang Ping, nama samaran pemilik rumah, dulunya menolak tawaran pemerintah untuk menjual propertinya. Ketidaksetujuan terhadap skema pembayaran ganti rugi menjadi alasannya. Namun, penyesalan kini menghantuinya.

Pemerintah tetap melanjutkan pembangunan jalan tol, mengelilingi rumah Huang dengan aspal dan beton. Meskipun sempat bertahan, keluarga Huang akhirnya menyerah setelah jalan tol beroperasi pada bulan April. Deru bising kendaraan berat yang tak henti-hentinya menjadi alasan utama.

Rumah tersebut terlihat kosong dan terbengkalai sejak Juli. Jendela-jendela rusak dan tumbuhan liar mulai merambat, menandakan akhir dari sebuah era.

Saat dikonfirmasi oleh media, Huang membenarkan kepindahannya. Selain kebisingan, rasa takut juga menjadi faktor pendorong. Keluarga tersebut memilih untuk menyewa rumah di kota terdekat.

Nasib rumah unik itu kini tak jelas. Jika pada akhirnya dibongkar, Huang hanya akan menerima sebagian kecil dari kompensasi yang dulu ditawarkan.

Sebelumnya, Huang menolak tawaran ganti rugi sebesar 180.000 poundsterling atau sekitar Rp 3,9 miliar. Kini, ia mengakui penyesalannya.

"Jika waktu bisa diputar, saya akan menyetujui persyaratan pembongkaran. Sekarang, rasanya seperti kalah dalam taruhan besar. Saya menyesal," ujarnya.

Jalan tol dibangun sejajar dengan atap rumah, membuat rumah Huang tampak seperti terperosok ke dalam lubang jika dilihat dari ketinggian. Pagar pembatas dan dinding penahan dibangun untuk menjaga keamanan kendaraan dan properti.

Untuk mengakses rumah, kontraktor jalan tol membuat jalan pintas berupa terowongan sederhana di kedua sisi rumah.

Sejak pembangunan tol, rumah itu menjadi tidak nyaman untuk ditinggali. Debu beterbangan dan getaran dari kendaraan yang lewat menjadi masalah sehari-hari. Selama pembangunan, Huang dan keluarganya memilih tinggal di rumah anaknya di kota lain, namun kembali setelah pembangunan selesai.

Scroll to Top