Ketumbar, tanaman herbal yang populer di Indonesia, memicu perdebatan rasa yang unik. Ada yang menyukainya, ada pula yang merasa tidak cocok. Bagi sebagian orang, ketumbar memberikan sentuhan rasa segar pada salad atau guacamole. Namun, bagi yang lain, ketumbar justru terasa seperti sabun karena faktor genetik.
Diperkirakan, sekitar 4 hingga 14 persen populasi di Amerika Serikat memiliki variasi genetik yang membuat ketumbar memiliki rasa seperti sabun. Namun, bagi yang tidak memiliki gen tersebut, ketumbar adalah herba segar yang lezat.
Terlepas dari kontroversi rasanya, ketumbar menyimpan berbagai manfaat kesehatan yang menakjubkan. Menambahkan ketumbar ke dalam menu makanan sehari-hari dapat membantu mengurangi peradangan yang menjadi penyebab berbagai penyakit kronis, seperti penyakit autoimun, neurodegeneratif, masalah pencernaan, penyakit jantung, hingga kanker.
Peradangan kronis menjadi penyebab lebih dari separuh kematian di seluruh dunia. Ketumbar, yang kaya akan vitamin C, mengandung senyawa yang berfungsi sebagai antioksidan.
Penelitian tahun 2023 menunjukkan bahwa ekstrak ketumbar memiliki bioaktivitas yang bermanfaat untuk melawan obesitas, sindrom metabolik, dan diabetes. Ketumbar juga efektif dalam mengendalikan kadar gula darah tinggi, yang menjadi pemicu peradangan. Pada penderita diabetes, gula darah tinggi dapat memicu respons imun yang merusak jaringan, saraf, dan jantung. Diabetes tipe 2 dan peradangan memiliki kaitan erat, di mana keduanya saling memperburuk kondisi masing-masing.
Selain itu, penelitian lain menunjukkan bahwa daun ketumbar efektif untuk menunda kejang epilepsi. Komponen dalam daun ketumbar, yang disebut dodecenal, berikatan dengan saluran kalium dan membukanya, sehingga mengurangi eksitabilitas seluler. Penemuan ini dapat mengarah pada penggunaan ketumbar sebagai antikonvulsan yang lebih efektif, atau modifikasi dodecenal untuk mengembangkan obat antikonvulsan yang lebih aman.
Tidak hanya bermanfaat bagi otak, ketumbar juga berpotensi memberikan efek positif bagi kesehatan mental. Studi pada hewan menunjukkan bahwa ketumbar mungkin sama efektifnya dengan Valium dalam mengurangi gejala kecemasan. Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami efek ini pada manusia.
Ketumbar telah dikonsumsi selama ribuan tahun dan ditemukan di makam Raja Mesir Tutankhamun. Herba tertua ini digunakan dalam ramuan Tiongkok yang dipercaya memberikan keabadian. Meski tidak membuat abadi, ketumbar dilaporkan memiliki efek antibakteri dan tentu saja, rasanya yang lezat!