Menteri Luar Negeri Belanda, Caspar Veldkamp, secara mengejutkan mengundurkan diri dari jabatannya sebagai bentuk protes atas tidak adanya sanksi yang diberlakukan oleh pemerintah Belanda dan negara-negara Eropa lainnya terhadap tindakan Israel di Gaza dan Tepi Barat. Keputusan ini semakin memperburuk kekacauan politik di Belanda, setelah Partai Kontrak Sosial Baru, tempat Veldkamp bernaung, menarik diri dari koalisi pemerintahan.
Veldkamp sebelumnya telah menyatakan keinginannya agar ada tindakan tegas terhadap Israel terkait operasi militernya di Gaza melawan Hamas. Meskipun Belanda telah mendeklarasikan dua menteri sayap kanan Israel, Itamar Ben-Gvir dan Bezalel Smotrich, sebagai persona non grata, langkah ini dirasa belum cukup. Belanda juga merupakan salah satu dari 21 negara yang menandatangani deklarasi bersama yang mengutuk persetujuan Israel atas proyek pembangunan permukiman besar di Tepi Barat, menyebutnya "tidak dapat diterima dan bertentangan dengan hukum internasional".
Namun, kabinet menemui jalan buntu terkait langkah-langkah lanjutan untuk meningkatkan tekanan terhadap Israel. Veldkamp merasa "tidak mampu mengambil langkah-langkah tambahan yang berarti" dan terkendala dalam menjalankan kebijakan yang ia anggap penting sebagai menteri luar negeri. Usulan-usulan yang ia ajukan terhadap Israel mendapatkan "pembahasan serius", namun menghadapi penolakan dalam serangkaian pertemuan kabinet.
Pemerintah Belanda belakangan ini menghadapi tekanan dari gelombang protes terkait kampanye militer Israel di Gaza. Demonstrasi besar-besaran di Den Haag, yang dihadiri oleh ratusan ribu orang, menuntut sanksi terhadap Israel dan akses kemanusiaan bagi warga sipil di Gaza, sejalan dengan pernyataan resmi PBB mengenai kelaparan di Gaza akibat "penghalangan sistematis" bantuan kemanusiaan oleh Israel.
Di tingkat Uni Eropa, para menteri luar negeri berulang kali gagal mencapai kesepakatan mengenai sanksi kolektif terhadap Israel, meskipun ada dorongan dari beberapa negara anggota. Usulan-usulan yang sempat dibahas meliputi penangguhan partisipasi Israel dalam program sains dan teknologi Uni Eropa senilai miliaran dolar, pembatasan perdagangan, dan larangan visa bagi pejabat tertentu Israel.
Veldkamp sebelumnya telah menyatakan bahwa Ben Gvir dan Smotrich "berulang kali menghasut kekerasan pemukim terhadap warga Palestina, mendorong perluasan pemukiman ilegal, dan menyerukan pembersihan etnis di Gaza". Namun, respons dari kedua tokoh Israel tersebut berupa tuduhan bahwa para pemimpin Eropa menyerah pada "kebohongan Islam radikal" dan "meningkatnya antisemitisme".