SEOUL – Militer Korea Selatan melepaskan tembakan peringatan ke arah tentara Korea Utara yang memasuki wilayah perbatasan yang dijaga ketat. Insiden ini memicu reaksi keras dari Pyongyang, yang menuduh Seoul sengaja melakukan provokasi yang dapat memperburuk situasi.
Peristiwa ini terjadi menjelang kunjungan Presiden Korea Selatan, Lee Jae Myung, ke Tokyo dan Washington, menambah kompleksitas hubungan antar-Korea.
Dalam beberapa minggu terakhir, Korea Utara menunjukkan sikap yang lebih keras. Adik perempuan Kim Jong Un menolak tawaran rekonsiliasi yang diajukan pemerintahan Lee.
Sejak tahun lalu, Korea Utara terus berupaya memperketat perbatasannya dengan Korea Selatan. Zona Demiliterisasi (DMZ), area tak bertuan yang memisahkan kedua negara, seringkali menjadi titik panas yang meningkatkan ketegangan. Perbatasan DMZ minim penjagaan dan rambu lalu lintas tersembunyi di balik vegetasi lebat.
Menurut pernyataan Kepala Staf Gabungan Korea Selatan (JCS), insiden terjadi sekitar pukul 15.00 waktu Seoul. Sejumlah tentara Korea Utara melintasi garis demarkasi militer, kemudian mundur kembali ke wilayah utara.
Media pemerintah Korea Utara mengutip Letnan Jenderal Angkatan Darat Ko Jong Chol yang menyatakan bahwa militer Seoul menembakkan lebih dari 10 tembakan peringatan menggunakan senapan mesin.
"Ini adalah langkah awal yang sangat serius yang berpotensi mendorong situasi di wilayah perbatasan, di mana sejumlah besar pasukan berhadapan, ke fase yang tidak terkendali," demikian pernyataan dari media pemerintah Korea Utara.
Pyongyang bersikap meremehkan Seoul meskipun Lee memenangkan pemilihan umum pada bulan Juni dengan janji meningkatkan hubungan antar-Korea.
Sebelumnya, militer Korea Selatan menghentikan siaran propaganda melalui pengeras suara di perbatasan sebagai upaya "memulihkan kepercayaan" antara kedua belah pihak. Korea Utara menganggap siaran propaganda tersebut sebagai tindakan perang dan pernah mengancam akan menghancurkannya.
Korea terpecah sejak berakhirnya Perang Korea pada tahun 1953. Kedua negara belum menandatangani perjanjian damai, dan secara teknis masih dalam keadaan perang hingga saat ini, meskipun tidak ada konfrontasi langsung selama bertahun-tahun.