Jakarta – Serangan intensif dari Ukraina yang menyasar kilang minyak, stasiun pompa, dan jalur transportasi bahan bakar di Rusia, mengakibatkan lonjakan harga bensin hingga mencapai level tertinggi sepanjang sejarah.
Serangan strategis ini mengincar kilang-kilang utama yang bertanggung jawab atas produksi lebih dari 44 juta ton produk bahan bakar per tahun. Angka ini setara dengan lebih dari 10% total kapasitas produksi minyak Rusia.
Kilang Lukoil di Volgograd, yang merupakan fasilitas pengolahan minyak terbesar di wilayah selatan Rusia, menjadi salah satu target utama. Kilang ini mengalami dua serangan terpisah dalam rentang waktu pertengahan Agustus. Selain itu, kilang-kilang di Saratov dan wilayah Rostov juga mengalami dampak serupa, dengan kebakaran yang berlangsung selama beberapa hari akibat serangan tersebut.
Dampak dari gangguan pasokan ini mulai dirasakan di beberapa daerah Rusia, termasuk wilayah Crimea. Pemerintah Crimea mengakui adanya kelangkaan bensin yang disebabkan oleh masalah logistik, dan berupaya untuk menstabilkan pasokan serta harga.
Aktivis pro-Ukraina di Crimea mengklaim bahwa hilangnya jenis bensin tertentu di pasaran merupakan bukti nyata dampak signifikan serangan drone Ukraina terhadap perekonomian Rusia.
Harga grosir bensin di bursa St Petersburg melonjak hampir 10% hanya dalam bulan ini, dan mengalami kenaikan sekitar 50% sejak awal tahun. Konsumen di berbagai wilayah, terutama di Rusia Timur Jauh, merasakan langsung dampak dari kenaikan harga ini.
Sementara itu, kebutuhan bahan bakar militer Rusia, yang lebih banyak bergantung pada diesel, relatif tidak terlalu terpengaruh oleh gangguan pasokan ini.