Kota Gaza menghadapi kehancuran dahsyat setelah serangan intensif oleh tentara Israel. Lebih dari 1.000 bangunan di permukiman Zeitoun dan Sabra dilaporkan hancur total sejak awal Agustus. Akibatnya, ratusan warga sipil terjebak di bawah puing-puing bangunan yang roboh, menunggu pertolongan.
Tim penyelamat dari Pertahanan Sipil Palestina menghadapi tantangan berat. Penembakan yang terus-menerus dari tentara Israel menghambat upaya penyelamatan. Akses ke wilayah yang terdampak juga diblokade, memperlambat proses evakuasi dan pencarian korban.
Situasi kemanusiaan di Gaza semakin memburuk. Serangan tanpa henti menargetkan warga sipil di rumah mereka, tempat penampungan, bahkan kamp-kamp pengungsian. Tidak ada tempat yang aman bagi warga Gaza, baik di utara maupun selatan.
Tank-tank Israel telah memasuki permukiman Sabra, mengindikasikan upaya pendudukan penuh atas Kota Gaza. Hampir satu juta warga Palestina terpaksa mengungsi ke wilayah selatan untuk mencari perlindungan.
Tragisnya, lebih dari 50 nyawa melayang akibat serangan Israel dalam sehari. Puluhan orang tewas di Kota Gaza dan saat mencari bantuan. Kelaparan semakin mencengkeram wilayah tersebut, dengan puluhan orang dilaporkan meninggal karena kekurangan gizi. Ratusan anak-anak menjadi korban kelaparan sejak konflik dimulai.
Di tengah situasi yang mengerikan ini, Kementerian Dalam Negeri Gaza mendesak warga untuk tidak meninggalkan rumah mereka, meskipun ada pemboman besar-besaran. Peringatan dikeluarkan terkait rencana Israel untuk menggusur paksa penduduk dari Kota Gaza dan wilayah utara. Warga diminta untuk tetap berada di komunitas mereka atau mengungsi ke daerah terdekat jika terancam. Kementerian menekankan bahwa tidak ada tempat yang benar-benar aman di Jalur Gaza, dan mengutuk pengeboman terhadap tenda-tenda pengungsi di wilayah yang seharusnya menjadi zona kemanusiaan.