Pasar saham Indonesia kini bersemi dengan sentimen positif, terutama dari indikasi bank sentral AS (The Fed) yang mungkin segera memangkas suku bunga. Walaupun belum ada kepastian waktu, sinyal ini disambut baik karena berpotensi menarik dana asing ke Indonesia, memperkuat IHSG dan nilai tukar Rupiah.
Penurunan suku bunga The Fed diharapkan meredakan ketidakpastian global dan memacu pertumbuhan ekonomi dunia. Langkah ini juga memberikan ruang bagi Bank Indonesia (BI) untuk lebih agresif menurunkan suku bunga acuannya.
Ketua The Fed, Jerome Powell, dalam pertemuan tahunan di Jackson Hole, menekankan kehati-hatian dan perlunya evaluasi dampak kebijakan terhadap ekonomi. Walaupun tidak secara eksplisit mengisyaratkan pemangkasan suku bunga seperti tahun lalu, investor meyakini The Fed akan memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin pada pertemuan 16-17 September mendatang.
Powell menyatakan bahwa kebijakan saat ini berada di area restriktif, dan prospek serta perubahan risiko mungkin memerlukan penyesuaian kebijakan. The Fed masih memiliki tiga pertemuan lagi tahun ini, namun belum pasti apakah pemangkasan bunga akan dilakukan di setiap pertemuan.
Terakhir kali The Fed memangkas suku bunga adalah pada Desember 2024, dan mempertahankannya di level 4,25-4,50% sejak Januari 2025.
Sebelumnya, BI telah menurunkan suku bunga acuan atau BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 5% pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) 19-20 Agustus 2025. Suku bunga deposit facility juga turun menjadi 4,25% dan suku bunga lending facility menjadi 5,75%.
Keputusan ini sejalan dengan proyeksi inflasi yang rendah, stabilitas Rupiah, dan kebutuhan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. BI akan terus memantau ruang penurunan suku bunga untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dengan tetap menjaga stabilitas nilai tukar.
Pemangkasan suku bunga BI ini melanjutkan tren penurunan yang telah terjadi empat kali sepanjang tahun 2025.
Kabar baik ini memberikan angin segar bagi beberapa sektor, terutama perbankan yang mengalami penurunan kinerja.
Sektor yang Diuntungkan:
- Perbankan: Potensi penurunan suku bunga kredit dapat meningkatkan penyaluran kredit, daya beli, dan konsumsi.
- Properti: Suku bunga KPR yang lebih rendah dapat meningkatkan minat masyarakat untuk membeli properti. Dukungan insentif PPN DTP dari pemerintah juga mendorong sektor ini.
- Teknologi: Beban operasional perusahaan teknologi sangat sensitif terhadap suku bunga. Penurunan suku bunga dapat meningkatkan efisiensi biaya operasional.
Disclaimer: Artikel ini adalah analisis pasar dan bukan ajakan untuk berinvestasi. Keputusan investasi sepenuhnya berada di tangan pembaca.