Jakarta – Universitas Indonesia (UI) menuai kritik pedas dari masyarakat di media sosial setelah mengundang Peter Berkowitz, seorang peneliti senior dari Hoover Institution, Universitas Stanford, yang dikenal sebagai pendukung Israel.
Kehadiran Berkowitz sebagai pembicara dalam orientasi program pascasarjana UI 2025 memicu kontroversi. Unggahan di media sosial menuding Berkowitz sebagai tokoh zionis dan pembela Israel yang kerap menulis artikel bernada dukungan terhadap tindakan kekerasan di Palestina. Selain itu, ia juga disebut pernah menjabat sebagai Direktur Perencanaan Kebijakan di masa pemerintahan Trump.
Dalam acara bertajuk ‘Pengenalan Sistem Akademik Universitas (PSAU) Pascasarjana UI 2025’ yang disiarkan melalui kanal YouTube resmi UI, Berkowitz tampil bersama narasumber lain, termasuk Direktur Utama PT Pindad Sigit Santoso dan Rektor UI Heri Hermansyah. Dalam kesempatan tersebut, Berkowitz membahas peran pendidikan dalam demokrasi untuk melindungi hak asasi manusia, struktur kurikulum, dan kontribusi mahasiswa bagi negara. Ia juga menyinggung karya Aristoteles, ‘Politik’.
Berkowitz sendiri adalah seorang ilmuwan politik dan hukum yang pernah mengenyam pendidikan di Swarthmore College, Hebrew University of Jerusalem, dan meraih gelar PhD dari Yale University. Ia juga sempat mengajar filsafat politik di Universitas Harvard.
Menanggapi kritik yang muncul, UI membenarkan bahwa Peter Berkowitz diundang untuk memberikan orasi ilmiah. Namun, UI menegaskan komitmennya terhadap konstitusi negara dalam mendukung kemerdekaan Palestina.
"UI tetap konsisten pada sikap dan pendirian berdasarkan konstitusi Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, yang terus memperjuangkan agar penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, termasuk terdepan dalam mendukung perjuangan rakyat Palestina menghadapi penjajahan yang dilakukan Israel," ujar Direktur Humas, Media, Pemerintah, dan Internasional UI, Arie Afriansyah.
Ia menambahkan bahwa UI mendukung penuh kemerdekaan Palestina, yang telah disampaikan langsung oleh Rektor UI kepada Duta Besar Palestina saat kunjungannya ke UI pada 17 Januari 2025. Kasus ini dijadikan pembelajaran bagi UI untuk lebih selektif dan sensitif dalam mengundang akademisi internasional di masa mendatang.
UI juga menyampaikan permintaan maaf atas kekhilafan dalam mengundang Berkowitz sebagai narasumber. Arie Afriansyah menerima kritik publik sebagai masukan konstruktif. UI mengakui kurang berhati-hati dalam melakukan background check terhadap Berkowitz dan berjanji akan lebih berhati-hati di masa mendatang.