Konglomerasi Indonesia Jadi Magnet Investor Asing: Rebalancing Indeks FTSE Russell Jadi Bukti

Jakarta – Gelombang investasi asing ke saham-saham perusahaan konglomerasi di Indonesia semakin menguat. Hal ini tercermin dari hasil rebalancing Indeks FTSE Russell edisi September 2025 yang baru saja dirilis pada Jumat lalu (22 Agustus 2025).

Perubahan komposisi indeks global terkemuka ini akan efektif berlaku mulai 8 September mendatang. Namun, masih ada peluang revisi hingga 5 Agustus 2025, tiga hari sebelum tanggal efektif implementasi.

Hasil penyesuaian indeks menunjukkan dominasi saham-saham yang terafiliasi dengan grup konglomerasi besar Indonesia. Contohnya, PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) dari Grup Sinarmas berhasil menembus kategori large cap.

Selain itu, sejumlah saham konglomerasi juga banyak yang masuk ke segmen micro cap. Di antaranya, PT Midi Utama Indonesia Tbk (MIDI), bagian dari Alfa Group yang dikendalikan oleh Djoko Susanto melalui jaringan ritel Alfamart.

PT MNC Kapital Indonesia Tbk (BCAP), perusahaan keuangan di bawah payung MNC Group milik Hary Tanoesoedibjo, juga termasuk dalam daftar. MNC Group sendiri memiliki lini bisnis yang beragam, mulai dari media, keuangan, hingga properti.

Selanjutnya, PT Mulia Industrindo Tbk (MLIA), perusahaan yang merupakan bagian dari Mulia Group milik keluarga Gunawan, juga menjadi bagian dari konstituen baru. Mulia Group dikenal kuat dalam bisnis kaca, keramik, dan properti.

Sebagai informasi, FTSE Russell Group adalah bagian dari London Stock Exchange Group (LSEG). Mereka berperan dalam menyusun dan mengelola berbagai indeks saham global, termasuk FTSE 100, indeks yang berisi 100 perusahaan terbesar di Bursa Efek London berdasarkan kapitalisasi pasar. Indeks ini sering dijadikan barometer kinerja perusahaan-perusahaan besar di Inggris. Selain FTSE 100, indeks Russell 2000, yang berisi 2.000 saham berkapitalisasi kecil, juga menjadi salah satu acuan penting.

Scroll to Top