Ekonomi Indonesia Tangguh di Tengah Turbulensi Global: Proyeksi DBS Group Research

Di tengah ketidakpastian ekonomi global, Indonesia menunjukkan resiliensi yang menjanjikan. DBS Group Research menyoroti hal ini dalam proyeksi ekonomi triwulan ketiga mereka, bersamaan dengan keputusan Bank Indonesia (BI) memangkas suku bunga acuan menjadi 5%.

Kebijakan Moneter yang Akomodatif

Pemangkasan suku bunga oleh BI, yang merupakan penurunan kedua berturut-turut, sejalan dengan ekspektasi DBS Group Research. Langkah ini diambil untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, mengingat indikator aktivitas yang melambat dan tantangan perdagangan global. Inflasi yang terkendali dan rupiah yang relatif stabil memberikan ruang bagi BI untuk kebijakan yang akomodatif.

Tantangan Ekonomi AS dan Dampaknya Terhadap Indonesia

Ekonomi Amerika Serikat menghadapi berbagai risiko, termasuk inflasi yang masih tinggi, dampak tarif perdagangan, dan tekanan politik terhadap The Fed. DBS Group Research memprediksi pertumbuhan ekonomi AS akan melambat pada paruh kedua tahun 2025, dengan The Fed diperkirakan akan menurunkan suku bunga.

Meski ekspor tekstil, furnitur, dan alas kaki Indonesia sebagian besar ditujukan ke AS, dampak tarif diperkirakan lebih kecil dibandingkan negara ASEAN lainnya. Struktur ekonomi yang beragam, meredanya inflasi, peningkatan belanja pemerintah, dan arus masuk investasi asing (FDI) yang positif menjadi faktor pendukung utama.

Strategi Indonesia Menghadapi Tantangan Global

DBS Group Research menekankan pentingnya negosiasi perjanjian perdagangan bebas dengan mitra strategis, penghapusan hambatan tarif, dukungan kebijakan domestik yang kuat, dan pengelolaan valuta asing yang komprehensif. Indonesia juga disarankan untuk memanfaatkan pergeseran arus perdagangan global untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

Prospek Ekonomi Indonesia yang Optimistis

Inflasi di Indonesia diproyeksikan tetap dalam kisaran target BI sepanjang tahun 2025 dan 2026. BI diperkirakan akan menyesuaikan kebijakan moneter secara bertahap, dengan mempertimbangkan nilai tukar rupiah, arah suku bunga The Fed, dan target pertumbuhan ekonomi 5%.

Meskipun defisit fiskal masih relatif tinggi, optimisme tetap terjaga bahwa defisit tersebut akan tetap di bawah 3% dari PDB. Pertumbuhan ekonomi diperkirakan meningkat hingga 5,4% pada tahun 2026, tertinggi sejak 2018, didukung oleh perbaikan penerimaan negara.

Pasar Obligasi dan Saham Menunjukkan Respon Positif

Imbal hasil obligasi Indonesia mulai menurun seiring dengan ekspektasi pemangkasan suku bunga. Pasar saham Indonesia menunjukkan rotasi ke saham-saham big caps berkualitas yang dinilai lebih tahan terhadap volatilitas global. Valuasi pasar saat ini masih relatif menarik dibandingkan negara-negara Asia lainnya.

Aliran modal asing (FDI) diperkirakan akan kembali mengalir ke pasar domestik pada paruh kedua tahun ini, seiring ekspektasi pemangkasan suku bunga lebih lanjut dan stabilisasi nilai tukar rupiah. Nilai tukar USD/IDR diperkirakan akan mengalami konsolidasi dalam jangka pendek.

Solusi Keuangan Adaptif di Tengah Ketidakpastian

Untuk membantu investor dan pelaku pasar menghadapi ketidakpastian ekonomi global, DBS Global Financial Markets menawarkan solusi keuangan yang adaptif dan terintegrasi. Dengan analisis pasar mendalam, layanan konsultasi investasi, serta akses ke berbagai instrumen keuangan global, strategi investasi yang lebih terinformasi dan berkelanjutan dapat diwujudkan.

Scroll to Top