Harga emas global menunjukkan tren pelemahan dan masih berkutat di zona konsolidasi. Pasar kini tengah menunggu kejelasan arah kebijakan moneter dari bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed).
Pada perdagangan sebelumnya, emas dunia mengalami penurunan sebesar 0,16%, berada di level US$3.366,24 per troy ons. Pada perdagangan hari ini, emas kembali melemah 0,38% menjadi US$3.353,29 per troy ons hingga pukul 06.42 WIB.
Fokus pasar kini tertuju pada data inflasi pengeluaran pribadi warga AS (PCE) yang akan dirilis, sebagai acuan untuk memprediksi langkah The Fed selanjutnya. Penguatan dolar AS juga turut membatasi potensi kenaikan harga emas.
Meskipun sinyal pemangkasan suku bunga telah disampaikan The Fed, hal ini belum cukup kuat untuk mendorong harga emas naik signifikan. Dolar AS yang masih perkasa menjadi salah satu penyebabnya. Indeks dolar AS (DXY) menguat 0,73% ke level 98,43, membuat emas batangan menjadi lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain.
Para analis menilai pasar tengah mencerna komentar Ketua The Fed Jerome Powell sebelumnya. Pasar membutuhkan masukan baru yang dapat memberikan indikasi lebih jelas mengenai kemungkinan penurunan suku bunga pada bulan September. Beberapa pihak meyakini periode lesunya pasar emas akan segera berakhir dalam beberapa minggu ke depan, dan tren kenaikan emas akan kembali menguat.
Sebelumnya, harga emas sempat naik ke level tertinggi dalam hampir dua minggu setelah Jerome Powell mengisyaratkan kemungkinan penurunan suku bunga pada pertemuan bulan depan. Powell menekankan risiko terhadap pasar tenaga kerja yang meningkat, namun inflasi tetap menjadi ancaman. Keputusan akhir mengenai suku bunga belum diambil.
Saat ini, pasar mengantisipasi peluang penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan kebijakan The Fed di bulan September dengan probabilitas di atas 86%. Kondisi suku bunga tinggi cenderung mengurangi daya tarik emas sebagai aset yang tidak memberikan imbal hasil.
Investor kini menantikan data Pengeluaran Konsumsi Pribadi AS yang akan dirilis pada hari Jumat. Data ini diharapkan dapat memberikan petunjuk lebih lanjut mengenai arah kebijakan suku bunga bank sentral di masa mendatang. Data tersebut diperkirakan akan menunjukkan inflasi inti merangkak naik ke level tertinggi sejak akhir 2023, mencapai 2,9%.