Setelah kunjungan bersejarah wahana antariksa New Horizons pada tahun 2015, Pluto, planet kerdil di ujung tata surya kita, terus memikat para ilmuwan. Penemuan permukaan es yang kompleks, lapisan kabut, dan tanda-tanda aktivitas geologis yang mengejutkan, mengisyaratkan kemungkinan keberadaan lautan di bawah permukaannya. Hal ini memicu hasrat untuk mengungkap lebih dalam misteri Pluto yang masih tersembunyi.
Carly Howett, seorang ilmuwan planet dari Universitas Oxford, bersama timnya, telah merancang sebuah konsep misi ambisius bernama "Persephone." Terinspirasi dari mitologi Yunani, Persephone adalah istri Pluto dan "ratu dunia bawah," nama yang dianggap tepat untuk misi yang bertujuan menjelajahi dunia terpencil ini.
Misi Persephone dirancang untuk beroperasi selama lebih dari setengah abad, sebuah tantangan besar dalam bidang rekayasa, operasi misi, dan analisis data. Tujuan utamanya adalah untuk meneliti bentuk Pluto secara detail, mencari tanda-tanda tonjolan fosil, indikasi lapisan dalam yang cair di masa lalu. New Horizons tidak menemukan bukti pasti tonjolan ini, namun Persephone akan dilengkapi dengan instrumen yang lebih canggih untuk melakukan pemeriksaan yang lebih mendalam.
Selain itu, misi ini juga akan mempelajari komposisi Pluto dan bulan terbesarnya, Charon, dengan mengukur gravitasi dan topografinya. Data ini akan memungkinkan para ilmuwan untuk memperkirakan ketebalan lapisan es di bawah permukaan, memberikan wawasan baru tentang struktur internal planet kerdil ini.
Meskipun konsep misi Persephone sangat menjanjikan, perjalanan untuk mewujudkannya masih panjang. Kebutuhan daya yang besar menjadi salah satu kendala utama. Usulan ini adalah salah satu dari banyak proposal yang diajukan untuk survei dekade NASA, yang akan menentukan prioritas dan kelayakan misi luar angkasa di masa depan.
Jika Persephone disetujui, misi ini berpotensi merevolusi pemahaman kita tentang Pluto dan wilayah terluar tata surya, mengungkap rahasia yang telah lama tersembunyi di dunia es yang misterius ini.