Tel Aviv – Militer Israel mengklaim serangan mereka ke Rumah Sakit Al-Nasser di Khan Younis, Gaza selatan, yang menewaskan sedikitnya 20 orang, termasuk lima jurnalis, menyasar kamera yang dioperasikan Hamas. Klaim ini muncul setelah serangan ganda pada Senin (25/8), yang memicu kecaman keras dari dunia internasional.
Menurut laporan badan pertahanan sipil Gaza, serangan pertama dilakukan oleh drone yang membawa bahan peledak, menghantam salah satu bangunan di kompleks rumah sakit. Serangan udara susulan terjadi saat tim penyelamat mengevakuasi korban luka. Lima jurnalis yang menjadi korban bekerja untuk media ternama.
Dalam pernyataan resminya, militer Israel menyebutkan bahwa serangan itu dilakukan setelah mereka "mengidentifikasi sebuah kamera yang ditempatkan oleh Hamas di area Rumah Sakit Al-Nasser". Mereka berdalih operasi tersebut bertujuan "menghilangkan ancaman dengan menyerang dan membongkar kamera tersebut", mengklaim enam dari korban tewas adalah teroris. Selain itu, Kepala Staf Militer menginstruksikan investigasi lebih lanjut terkait "proses otorisasi sebelum serangan".
Hamas menanggapi keras klaim Israel tersebut, menuduh militer Israel "berupaya membenarkan kejahatan ini dengan mengarang klaim palsu bahwa mereka telah menargetkan ‘kamera’ milik elemen perlawanan." Hamas menegaskan tuduhan tersebut tidak berdasar dan hanya bertujuan menghindari tanggung jawab atas pembantaian massal.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan penyesalannya atas "kecelakaan tragis" ini beberapa jam setelah serangan mematikan tersebut terjadi.
Serangan ini telah menuai kecaman luas dari berbagai pihak, termasuk sekutu Israel, PBB, media, organisasi hak asasi manusia, dan Asosiasi Pers Asing yang berbasis di Israel.
Perang di Gaza telah menjadi salah satu konflik paling berbahaya bagi jurnalis, dengan sekitar 200 pekerja media dilaporkan tewas selama hampir dua tahun agresi Israel.