AS Siap Tawarkan Paket Senjata Raksasa ke Arab Saudi Senilai Lebih dari Rp1.684 Triliun

WASHINGTON – Amerika Serikat (AS) dikabarkan siap memberikan penawaran fantastis kepada Arab Saudi berupa paket persenjataan dengan nilai lebih dari USD100 miliar atau setara dengan Rp1.684 triliun. Rencana besar ini disiapkan untuk diumumkan saat kunjungan Presiden AS, Donald Trump, ke kerajaan tersebut pada bulan depan.

Penawaran ini muncul setelah pemerintahan sebelumnya, di bawah kepemimpinan Joe Biden, mengalami kegagalan dalam menyelesaikan pakta pertahanan dengan Riyadh, yang merupakan bagian dari kesepakatan lebih luas yang melibatkan normalisasi hubungan Arab Saudi dengan Israel.

Proposal dari pemerintahan Biden sebelumnya menjanjikan akses ke persenjataan AS yang lebih canggih. Sebagai imbalannya, Arab Saudi diminta untuk menghentikan pembelian senjata dari Tiongkok serta membatasi investasi Beijing di negara tersebut. Belum jelas apakah proposal dari pemerintahan Trump saat ini akan menyertakan persyaratan serupa.

Seorang pejabat pertahanan AS menyatakan bahwa hubungan pertahanan antara AS dan Arab Saudi semakin kuat di bawah kepemimpinan Presiden Trump. Ia juga menambahkan bahwa kerjasama keamanan tetap menjadi bagian penting dari kemitraan ini, dan AS akan terus bekerja sama dengan Arab Saudi untuk memenuhi kebutuhan pertahanan mereka.

Pada masa jabatan pertamanya, Trump kerap mempromosikan penjualan senjata ke Arab Saudi sebagai hal yang positif bagi lapangan pekerjaan di AS.

Lockheed Martin Corp diperkirakan akan menjadi salah satu pemasok utama dalam kesepakatan ini, dengan menyediakan berbagai sistem persenjataan canggih, termasuk pesawat angkut C-130, rudal, dan radar.

Selain Lockheed Martin, RTX Corp (sebelumnya dikenal sebagai Raytheon Technologies) juga diharapkan memainkan peran penting dalam paket ini. Pasokan juga akan datang dari kontraktor pertahanan utama AS lainnya, seperti Boeing Co, Northrop Grumman Corp, dan General Atomics.

Beberapa kesepakatan telah dalam proses selama beberapa waktu. Sebagai contoh, kerajaan Arab Saudi pertama kali meminta informasi mengenai pesawat nirawak dari General Atomics pada tahun 2018. Selama 12 bulan terakhir, kesepakatan senilai USD20 miliar untuk pesawat nirawak MQ-9B SeaGuardian General Atomics dan pesawat lainnya menjadi fokus utama.

AS telah lama menjadi pemasok senjata utama bagi Arab Saudi. Pada tahun 2017, Trump mengusulkan penjualan senjata senilai sekitar USD110 miliar kepada kerajaan tersebut. Namun, pada tahun 2018, hanya USD14,5 miliar penjualan yang telah dimulai. Kongres AS mulai mempertanyakan kesepakatan tersebut terkait dengan pembunuhan jurnalis Saudi, Jamal Khashoggi, di konsulat Saudi di Turki.

Pada tahun 2021, di era pemerintahan Biden, Kongres memberlakukan larangan penjualan senjata ofensif ke Arab Saudi atas pembunuhan Khashoggi dan untuk menekan kerajaan itu agar menghentikan perang di Yaman. Namun, pemerintahan Biden mulai melunakkan pendiriannya terhadap Arab Saudi pada tahun 2022 setelah invasi Rusia ke Ukraina berdampak pada pasokan minyak global. Larangan penjualan senjata ofensif dicabut pada tahun 2024.

Kesepakatan potensial untuk jet F-35 Lockheed, yang telah diminati kerajaan selama bertahun-tahun, diperkirakan akan dibahas, meskipun peluang kesepakatan F-35 ditandatangani selama perjalanan itu dianggap kecil. AS menjamin sekutu dekatnya, Israel, menerima senjata Amerika yang lebih canggih daripada negara-negara Arab, memberikan "Keunggulan Militer Kualitatif" (QME) atas negara-negara tetangganya. Israel kini telah memiliki F-35 selama sembilan tahun, dengan beberapa skuadron yang sudah beroperasi.

Scroll to Top