Pasar Keuangan Indonesia Bergolak: Antara Harapan Reli IHSG dan Bayang-Bayang Pelemahan Rupiah

Perdagangan kemarin diwarnai dinamika yang kontras. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil mencatatkan penguatan, sementara nilai tukar rupiah justru tertekan terhadap dolar AS. Optimisme pasar keuangan Indonesia untuk bergerak serempak menguat hari ini tengah diuji oleh sejumlah sentimen.

IHSG menutup perdagangan dengan kenaikan 0,38% atau 30 poin, bertengger di level 7.936,17. Angka ini hanya terpaut sedikit dari rekor tertinggi sepanjang masa yang dicapai pada 20 Agustus 2025 di level 7.943,82. Namun, di tengah euforia ini, investor asing justru berbalik arah melakukan aksi jual bersih (net sell) senilai Rp 212,58 miliar, mengakhiri tren positif beli bersih selama 11 hari sebelumnya.

Di sisi lain, rupiah mengalami tekanan dan ditutup melemah 0,40% di posisi Rp16.355 per dolar AS, menjadi level terlemah sejak 6 Agustus 2025. Pelemahan ini seiring dengan penguatan indeks dolar AS.

Di pasar obligasi, imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun sedikit menurun ke 6,342%.

Dari Wall Street, indeks S&P 500 mencetak rekor penutupan tertinggi baru, naik 0,24% ke level 6.481,40. Nasdaq Composite menguat 0,21% ke 21.590,14, dan Dow Jones Industrial Average naik 0,32% ke 45.565,23. Perhatian pasar tertuju pada kinerja keuangan Nvidia.

Nvidia melaporkan laba dan pendapatan yang melebihi perkiraan, mengindikasikan permintaan infrastruktur kecerdasan buatan (AI) yang masih kuat.

Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini

Pasar hari ini akan dipengaruhi oleh sejumlah faktor internal dan eksternal.

Aksi Buruh Nasional: Ribuan buruh dari berbagai daerah akan turun ke jalan di Jakarta untuk menyuarakan enam tuntutan utama, termasuk penghapusan sistem outsourcing, penolakan upah murah, dan desakan kenaikan upah minimum 2026 sebesar 8,5-10,5%.

Lifting Minyak 2026: Pemerintah dan DPR telah mencapai kesepakatan mengenai asumsi harga minyak Indonesia (ICP) serta target lifting minyak tahun 2026.

Sawit, Kakao & Karet Bebas Tarif AS: Amerika Serikat memutuskan untuk tidak mengenakan tarif 19% pada ekspor sawit, kakao, dan karet asal Indonesia.

Data PDB Amerika Serikat: Pasar akan mencermati rilis estimasi kedua Produk Domestik Bruto (PDB) AS kuartal II-2025. Jika revisinya lebih tinggi dari 3,0%, pasar akan melihat AS masih tangguh. Namun bila lebih rendah, sentimen resesi kembali mencuat.

Agenda Korporasi dan Ekonomi

  • RUPS beberapa emiten, termasuk PT Indomobil Multi Jasa Tbk dan PT Platinum Wahab Nusantara Tbk.
  • Media Briefing bersama Dirjen Perundingan Perdagangan Internasional.
  • Peluncuran Program Rasa Rempah Indonesia (S’RASA) oleh sejumlah kementerian.
  • Peluncuran Program Sapi Merah Putih oleh Kementerian PPN/Bappenas bersama PT Moosa Genetika Farmindo dan IPB University.
  • Economic Outlook Q3 2025 dari Tim Office of Chief Economist Bank Mandiri dan Mandiri Sekuritas.
Scroll to Top