Subsidi Listrik 2026 Melonjak, Pemerintah Siapkan Rp101,72 Triliun

Pemerintah mengalokasikan anggaran subsidi listrik sebesar Rp101,72 triliun untuk tahun 2026. Angka ini mengalami peningkatan dibandingkan dengan alokasi tahun 2025 yang sebesar Rp87,72 triliun.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyampaikan bahwa perhitungan subsidi ini didasarkan pada asumsi harga minyak mentah Indonesia (ICP) sebesar US$70 per barel dan kurs rupiah Rp16.500 per dolar AS. Selain itu, pemerintah juga merencanakan kuota LPG 3 kg sebesar 8 juta ton pada tahun 2026, sedikit menurun dari kuota tahun 2025 sebesar 8,17 juta ton.

"Kami mengusulkan subsidi sekitar 8 juta ton untuk LPG 3 kilogram. Subsidi untuk minyak solar tetap Rp1.000 per liter, dan subsidi listrik mencapai Rp101,72 triliun," jelasnya dalam rapat kerja dengan Komisi VII DPR.

Menanggapi pertanyaan mengenai kenaikan subsidi listrik, Menteri ESDM menjelaskan bahwa peningkatan ini disebabkan oleh bertambahnya jumlah penerima subsidi. "Peningkatannya tidak signifikan, karena ada peningkatan jumlah pelanggan yang berhak menerima subsidi. Detailnya akan kami sampaikan kepada DPR," imbuhnya.

Dalam rapat tersebut, ICP tahun 2026 ditetapkan sebesar US$70 per barel setelah mempertimbangkan perkembangan harga minyak dunia dari berbagai sumber. Pemerintah juga menargetkan lifting minyak dan gas pada tahun 2026 mencapai 1.594 ribu barel setara minyak per hari (BOEPD).

"Target ini merupakan gabungan dari lifting minyak bumi, yang kami targetkan sekitar 610 ribu barel, dan lifting gas bumi sekitar 984 ribu BOPD," paparnya.

Lebih lanjut, biaya operasional yang dapat dikembalikan (cost recovery) pada tahun 2026 diperkirakan sebesar US$8,5 miliar. Volume Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi pada tahun yang sama direncanakan mencapai 19,162 juta kiloliter.

"Volume BBM bersubsidi ini terdiri dari 526 ribu kiloliter minyak tanah dan 18,636 juta kiloliter minyak solar," pungkasnya.

Scroll to Top