Indonesia mencatatkan penetrasi internet yang signifikan, mencapai 80% secara nasional. Namun, di balik angka tersebut, terdapat kesenjangan yang perlu diatasi: sekitar 15 ribu desa di seluruh pelosok negeri masih belum menikmati koneksi internet yang memadai.
Kesenjangan ini menjadi perhatian utama pemerintah, khususnya Kementerian Komunikasi dan Digital (Kominfo). Beberapa wilayah, seperti Maluku dan Papua, menunjukkan angka penetrasi yang lebih rendah dibandingkan rata-rata nasional. Di sana, baru 59% penduduk yang terhubung dengan internet, berbeda jauh dengan perkotaan yang mencapai 83% dan pedesaan 77%.
Jika dilihat dari skala provinsi, sebenarnya seluruh wilayah Indonesia telah terjangkau internet 100%. Namun, penetrasi menurun drastis ketika menilik tingkat kecamatan, dan semakin rendah lagi di tingkat desa, hingga menyisakan 15 ribu desa yang belum memiliki koneksi yang baik.
Di sisi lain, dengan 229 juta penduduk yang sudah terhubung ke internet, Indonesia memiliki potensi besar dalam ekonomi digital. Proyeksi menunjukkan ekonomi digital Indonesia dapat mencapai US$109 miliar pada tahun ini, dan melonjak menjadi lebih dari US$366 miliar pada tahun 2030. E-commerce, transportasi daring, dan layanan keuangan menjadi pendorong utama pertumbuhan ini. QRIS, sebagai salah satu inovasi yang berhasil, bahkan telah merambah ke beberapa negara lain. Pendidikan dan ekonomi kreatif juga diproyeksikan memberikan kontribusi signifikan.
Selain itu, perkembangan kecerdasan buatan (AI) juga menjadi fokus perhatian. Indonesia memiliki modal digital untuk terus maju dalam adopsi teknologi AI. Meskipun data menunjukkan baru 43% organisasi di Indonesia yang memanfaatkan AI, potensi untuk pertumbuhan masih sangat besar, mengingat tren global yang menunjukkan lebih dari 70% organisasi telah memanfaatkan Gen AI.