Proyek LNG Abadi Masela: Langkah Maju Ketahanan Energi Nasional

Jakarta – Proyek strategis Liquefied Natural Gas (LNG) Abadi Blok Masela memasuki babak baru dengan dimulainya tahapan Front End Engineering and Design (FEED) secara resmi. Tahapan penting ini ditargetkan rampung dalam tiga bulan, membuka jalan bagi pengambilan keputusan investasi final (FID) yang diharapkan terjadi pada tahun depan. Optimisme membayangi proyek ini, dengan target operasional (on stream) ditetapkan pada tahun 2029.

Pekerjaan FEED ini meliputi evaluasi mendalam dan finalisasi spesifikasi fasilitas yang diperlukan untuk memproduksi dan memproses hidrokarbon dari Lapangan Gas Abadi. Fokus utama adalah pembangunan pabrik LNG darat (Onshore LNG/OLNG) yang akan menjadi pusat pengolahan gas.

FEED mencakup empat paket utama yang saling terkait, yaitu OLNG, Floating Production Storage and Offloading (FPSO), Subsea Umbilicals, Risers and Flowlines (SURF), serta Gas Export Pipeline (GEP). Keempat paket ini secara integral mengadopsi teknologi Carbon Capture and Storage (CCS) untuk menangkap dan menyimpan emisi karbon.

"Hari ini menjadi saksi langkah krusial dalam pengembangan Lapangan Abadi Blok Masela. Proyek ini lebih dari sekadar proyek migas biasa; ia adalah pilar utama ketahanan energi dan mesin penggerak pembangunan nasional serta daerah," ujar Wakil Menteri ESDM, menekankan pentingnya proyek ini bagi Indonesia.

Proyek ini diproyeksikan menghasilkan 9,5 juta ton LNG per tahun, sekitar 150 juta kaki kubik standar gas per hari (MMSCFD), dan 35 ribu barel kondensat per hari. Diharapkan, produksi ini akan mengurangi ketergantungan pada impor dan meningkatkan daya saing industri dalam negeri.

Investasi untuk proyek Abadi Masela mencapai US$ 20,94 miliar, setara dengan sekitar Rp 341 triliun dengan kurs asumsi Rp 16.300/US$. Selama fase pengembangan, proyek ini diperkirakan akan menyerap 12.611 tenaga kerja, dan selama fase operasional akan melibatkan sekitar 850 tenaga kerja.

"Kami berkomitmen untuk memastikan proyek ini beroperasi dengan standar lingkungan tertinggi, termasuk implementasi Carbon Capture and Storage (CCS)," tegas Wakil Menteri ESDM, menegaskan komitmen terhadap keberlanjutan lingkungan.

Scroll to Top