Aplikasi pesan instan Telegram mencatatkan pencapaian signifikan di tahun 2024 dengan melampaui satu miliar pengguna dan meraup keuntungan sebesar US$547 juta. Hal ini diungkapkan langsung oleh sang pendiri, Pavel Durov.
Pertumbuhan pesat ini menempatkan Telegram semakin dekat dengan rival utamanya, WhatsApp. Saat ini, WhatsApp memiliki lebih dari 2 miliar pengguna aktif dan diprediksi akan menyentuh angka 3 miliar pada akhir tahun 2025.
Durov bahkan menyindir WhatsApp dengan menyebutnya sebagai "layanan murah yang meniru Telegram". Ia mengklaim bahwa WhatsApp telah berupaya menyaingi inovasi Telegram sambil menghabiskan miliaran dolar untuk lobi dan kampanye PR dengan tujuan memperlambat pertumbuhan Telegram. Namun, upaya tersebut dinilai gagal.
"Telegram terus berkembang, menghasilkan keuntungan, dan mempertahankan kemandiriannya," tegas Durov.
Menurut data dari DemandSage, 10 juta pengguna telah berlangganan layanan premium Telegram. India menjadi negara dengan pengguna Telegram terbanyak, mencapai 45% dari total pengguna. Sementara itu, pengguna dari Amerika Serikat hanya menyumbang 9%.
Mayoritas pengguna Telegram berasal dari rentang usia 25-44 tahun, dengan persentase 53,2%. Secara demografis, pengguna pria lebih banyak daripada wanita, dengan perbandingan 58% berbanding 42%.
Rata-rata, pengguna Telegram menghabiskan waktu 3 jam 45 menit per bulan untuk menggunakan aplikasi ini. Durasi ini memang masih jauh di bawah WhatsApp, yang rata-rata diakses selama 17 jam 6 menit per bulan.
Di tengah kesuksesan ini, Durov mengungkapkan bahwa perusahaannya menghadapi tekanan dari berbagai negara untuk membatasi pertukaran informasi tertentu.
Bahkan, Durov sempat ditahan di Prancis pada bulan Agustus 2024 atas dugaan keterlibatan dalam penyebaran konten ilegal, seperti pornografi anak, narkoba, dan perangkat lunak peretasan di Telegram. Namun, ia dibebaskan kurang dari seminggu kemudian.
Setelah kejadian tersebut, Telegram melakukan penyesuaian dengan meningkatkan moderasi konten di platformnya.
Durov menjamin bahwa sistem enkripsi yang diterapkan Telegram akan melindungi kerahasiaan pertukaran informasi dan mencegah intervensi pemerintah.
"Saya lebih baik bebas daripada tunduk pada perintah siapa pun," ungkapnya sebelum penangkapannya di tahun 2024.