Kabar duka datang dari dunia medis India. Dr. Gradlin Roy, seorang ahli bedah jantung berusia 39 tahun, meninggal dunia akibat serangan jantung saat menjalani pemeriksaan rutin. Kejadian ini menjadi pengingat pahit bahwa penyakit jantung dapat menyerang siapa saja, termasuk para ahli yang berdedikasi menyelamatkan jantung orang lain.
Mengapa dokter jantung, yang seharusnya paling memahami seluk beluk penyakit kardiovaskular, justru bisa menjadi korban?
Beberapa faktor risiko menjadi penyebabnya. Jadwal kerja yang padat dan tidak teratur, kurang tidur kronis, serta tingginya tingkat stres menjadi kombinasi mematikan. Dokter seringkali harus berdiri berjam-jam di ruang operasi atau duduk dalam waktu lama, memicu gaya hidup kurang gerak.
Pola makan yang tidak sehat juga turut berkontribusi. Dokter cenderung makan tidak teratur, mengandalkan makanan kantin rumah sakit, dan sering mengonsumsi kafein untuk tetap terjaga. Ironisnya, mereka sering mengabaikan pemeriksaan kesehatan diri sendiri dan menunda penanganan gejala awal.
Tekanan psikologis juga memainkan peran penting. Kelelahan, depresi, dan kelelahan emosional dapat meningkatkan risiko kardiovaskular. Bahkan, meningkatnya penyalahgunaan rokok dan alkohol di kalangan dokter memperburuk situasi.
Kejadian ini menjadi alarm bagi seluruh tenaga medis. Penting bagi para dokter untuk lebih memperhatikan kesehatan diri sendiri. Pemeriksaan rutin, gaya hidup sehat dengan jam tidur yang cukup, nutrisi seimbang, manajemen stres, dan lebih ‘mendengarkan’ tubuh adalah kunci untuk mencegah tragedi serupa terulang kembali.