Langsa – Rumah Sakit Umum Cut Meutia (RSUCM) Langsa kembali menjalankan program promosi kesehatan dengan menyambangi sekolah-sekolah. Kali ini, fokus utama adalah memberikan edukasi tentang Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K), serta bahaya seks bebas dan Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT) kepada para siswa.
Tim dari RSUCM Langsa, yang terdiri dari dokter dan tenaga medis lainnya, memberikan pengetahuan dan pengalaman berharga di luar kurikulum sekolah pada hari Sabtu, 26 April 2025.
dr. Zettira Natasya menjelaskan bahwa P3K adalah tindakan pertolongan pertama yang diberikan kepada korban kecelakaan atau sakit mendadak sebelum mendapatkan penanganan medis lebih lanjut. Tujuannya adalah menyelamatkan nyawa, mencegah cedera yang lebih parah, dan menunjang proses penyembuhan.
"P3K dilakukan sebagai bantuan awal sebelum korban dibawa ke fasilitas kesehatan seperti RSUCM," ujarnya.
Materi penting lainnya adalah Bantuan Hidup Jantung Dasar (BHJD), yaitu tindakan medis sederhana untuk pasien yang mengalami henti jantung sebelum pertolongan medis lanjutan tiba. BHJD bertujuan untuk memberikan sirkulasi dan pernapasan yang memadai hingga kondisi pasien stabil atau dinyatakan meninggal.
Beberapa contoh tindakan P3K yang diajarkan meliputi resusitasi jantung paru (RJP), menghentikan pendarahan hebat, membebaskan jalan napas yang tersumbat, memberikan pertolongan pada korban tersedak, pembidaian, pemberian antiseptik pada luka, dan penutupan luka dengan plester atau pembalut steril.
Selanjutnya, dr. Ghazkhan Shah Ghanar memberikan materi tentang bahaya seks bebas dan LGBT dengan pendekatan yang hati-hati dan sensitif.
Penjelasan tentang Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT)
- Lesbian: Wanita yang tertarik secara seksual atau romantis kepada wanita lain.
- Gay: Pria yang tertarik secara seksual atau romantis kepada pria lain.
- Biseksual: Orang yang tertarik secara seksual atau romantis kepada pria dan wanita.
- Transgender: Orang yang identitas gendernya berbeda dengan jenis kelamin yang ditetapkan saat lahir.
"Diharapkan siswa-siswi tidak terjerumus dalam LGBT. Fokuslah pada belajar dan meraih cita-cita, serta menjadi anak yang saleh dan saleha yang membahagiakan orang tua," pesan dr. Ghaskhan.
Seks Bebas dan Dampaknya bagi Kesehatan Fisik, Mental, dan Psikologis
dr. Ghazkhan menjelaskan bahwa seks bebas merujuk pada aktivitas seksual di luar pernikahan, baik hubungan pranikah maupun perselingkuhan. Perilaku ini berisiko tinggi terhadap infeksi menular seksual (IMS) yang ditularkan melalui aktivitas seksual.
Beberapa jenis IMS yang dapat menyerang pelaku seks bebas antara lain: Klamidia, Sifilis, Gonore, Infeksi Jamur, Kutil Kelamin, Herpes Simplex, Hepatitis B, Kutu Kelamin, dan HIV/AIDS.
Selain itu, seks bebas juga berdampak buruk secara psikologis, seperti kekhawatiran akan kehamilan dan penyakit seksual, mempengaruhi perkembangan karakter, sulit membangun hubungan serius, depresi, dan kehamilan di usia muda.
"Semua dampak buruk ini dapat dicegah dengan menghindari seks bebas atau setia pada satu pasangan setelah menikah," tegas dr. Ghazkhan. "Lakukan hubungan seks jika sudah siap secara fisik dan mental, serta utamakan keamanan, seperti setia pada satu pasangan dan menghindari alkohol serta narkoba."