Rupiah Bangkit! Intip Faktor-faktor yang Membuatnya Perkasa di Awal September 2025

Rupiah menunjukkan taringnya di awal September 2025. Mata uang Garuda ini berhasil menguat signifikan terhadap dolar AS pada perdagangan hari ini, Senin (1/9/2025).

Nilai tukar rupiah ditutup menguat 0,45% ke level Rp16.410 per dolar AS. Penguatan ini menjadi angin segar setelah sebelumnya rupiah tertekan akibat aksi demonstrasi di berbagai daerah.

Meskipun aksi demo sempat mewarnai berbagai wilayah, rupiah justru menunjukkan resiliensinya. Penguatan ini menjadi pembalikan arah setelah pada akhir pekan lalu, rupiah sempat terpuruk hingga menyentuh level Rp16.485 per dolar AS, pelemahan harian terdalam dalam empat bulan terakhir.

Lantas, apa saja faktor yang mendorong penguatan rupiah kali ini?

1. Intervensi Aktif Bank Indonesia (BI)

Salah satu kunci utama penguatan rupiah adalah langkah aktif Bank Indonesia dalam melakukan intervensi di pasar keuangan. BI berkomitmen untuk terus hadir di pasar guna menjaga stabilitas nilai tukar dan memastikan ketersediaan likuiditas rupiah yang cukup.

BI menegaskan akan memastikan rupiah bergerak sesuai dengan fundamentalnya melalui mekanisme pasar yang sehat. Intervensi dilakukan melalui berbagai cara, termasuk di pasar off-shore (NDF) dan pasar domestik melalui transaksi spot, DNDF, serta pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder.

Selain itu, BI juga menjaga kecukupan likuiditas dengan membuka akses bagi perbankan melalui transaksi repo, FX swap, pembelian SBN, dan fasilitas pinjaman/pembiayaan.

2. Dolar AS Melemah di Pasar Global

Faktor eksternal juga memberikan kontribusi positif bagi penguatan rupiah. Indeks dolar AS (DXY) terpantau melemah 0,12% ke level 97,65. Tren pelemahan dolar ini telah berlangsung selama dua hari berturut-turut.

Pelemahan dolar dipicu oleh sikap wait and see investor terhadap data ketenagakerjaan AS yang akan dirilis pekan ini. Laporan non-farm payrolls Agustus menjadi perhatian utama, karena akan memengaruhi keputusan Federal Reserve (The Fed) terkait pemangkasan suku bunga pada pertemuan FOMC mendatang.

Pasar saat ini memperkirakan peluang besar bahwa The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin bulan ini. Data tenaga kerja yang lemah dapat meningkatkan ekspektasi pemangkasan yang lebih agresif.

Selain itu, kekhawatiran terkait independensi The Fed dan ketidakpastian kebijakan tarif juga turut menekan dolar AS.

3. Surplus Neraca Perdagangan yang Solid

Faktor fundamental juga menjadi penopang penting bagi rupiah. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa ekspor Indonesia pada Juli 2025 mencapai US$24,75 miliar, naik 9,86% dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara itu, impor tercatat US$20,57 miliar, turun 5,96% secara tahunan.

Dengan demikian, neraca perdagangan Juli mencatatkan surplus sebesar US$4,18 miliar. Secara kumulatif, neraca perdagangan Indonesia sepanjang Januari-Juli 2025 mencatatkan surplus yang signifikan sebesar US$23,65 miliar.

Surplus ini didorong oleh sektor nonmigas, terutama ekspor ke Amerika Serikat, India, dan Filipina. Kinerja ekspor yang kuat ini memberikan sinyal positif kepada pasar mengenai ketahanan eksternal Indonesia.

Surplus neraca perdagangan yang konsisten memperkuat keyakinan investor bahwa rupiah memiliki fundamental yang sehat, meskipun dihadapkan pada volatilitas global dan ketidakpastian politik domestik.

Dengan kombinasi intervensi BI, pelemahan dolar AS, dan surplus neraca perdagangan yang solid, rupiah berhasil menunjukkan kekuatannya di awal September 2025. Diharapkan tren positif ini dapat terus berlanjut demi stabilitas ekonomi Indonesia.

Scroll to Top