Polda Jawa Barat membantah tudingan bahwa petugas menembakkan gas air mata ke dalam area kampus Universitas Islam Bandung (Unisba) saat terjadi kericuhan. Menurut keterangan resmi, tembakan gas air mata diarahkan ke jalan raya dan efeknya sampai ke lingkungan kampus karena terbawa angin.
Kombes Hendra Rochmawan, perwakilan Polda Jawa Barat, menjelaskan bahwa kelompok anarko diduga menjadi provokator dengan melemparkan bom molotov ke arah petugas yang sedang berpatroli. Tembakan gas air mata, menurutnya, adalah respons terhadap aksi tersebut dan dilakukan di jalan raya, bukan di dalam kampus. Ia juga menepis isu bahwa petugas masuk ke area kampus atau menggunakan peluru karet, menyebutnya sebagai informasi bohong yang disebarkan di media sosial.
Lebih lanjut, Hendra menyatakan bahwa jarak antara petugas dengan kampus Unisba sekitar 200 meter dan tembakan hanya ditujukan ke arah kelompok berpakaian hitam yang menghalangi jalan dan melakukan pembakaran. Ia menuding kelompok anarko sengaja memancing aparat agar terprovokasi dan menyerang kampus, namun petugas tidak terpancing dan memilih melakukan penyisiran di jalan.
Keterangan berbeda datang dari Kepala Unit Keamanan Kampus Universitas Pasundan (Unpas), Rosyid. Ia menyaksikan blokade jalan oleh mahasiswa dan kelompok lain di Jalan Tamansari yang kemudian dibubarkan oleh polisi. Unpas membuka gerbang kampus sebagai tempat evakuasi bagi massa.
Rosyid mengungkapkan bahwa puluhan tembakan gas air mata diarahkan ke dalam kampus Unpas. Pihaknya bahkan mengumpulkan proyektil gas air mata sebagai bukti. Akibat kejadian tersebut, 12 orang di dalam kampus Unpas dilaporkan pingsan akibat menghirup asap gas air mata. Rosyid juga membantah adanya provokasi dari mahasiswa atau kelompok lain yang berada di dalam Unpas.
Seorang pedagang kopi di dekat kampus Unpas, Mumu, membenarkan adanya lemparan batu dan teriakan-teriakan, namun ia tidak melihat adanya pelemparan bom molotov ke arah aparat.
Peristiwa ini menimbulkan berbagai pertanyaan dan sudut pandang yang berbeda, menyoroti perlunya investigasi lebih lanjut untuk mengungkap fakta sebenarnya di balik penggunaan gas air mata dalam penanganan demonstrasi di Bandung.