Rupiah Tertekan Akibat Demonstrasi, Yen Jadi Mata Uang Asia Terlemah

Jakarta – Mayoritas mata uang di kawasan Asia sedang berjuang menghadapi penguatan dolar AS pada perdagangan hari ini, Selasa (2 September 2025). Rupiah dan Yen Jepang mencatatkan penurunan paling signifikan di antara mata uang lainnya.

Pada pukul 09.20 WIB, Rupiah melemah 0,21% menjadi Rp16.445 per dolar AS. Pelemahan ini dipicu oleh situasi dalam negeri terkait rencana demonstrasi yang akan berlangsung hari ini.

Yen Jepang menjadi mata uang dengan kinerja terburuk, terdepresiasi 0,34% ke level JPY 147,65 per dolar AS. Peso Filipina mengikuti dengan penurunan sebesar 0,17% di posisi PHP 57,23 per dolar AS. Dolar Singapura, Rupee India, dan Ringgit Malaysia juga mengalami pelemahan masing-masing sebesar 0,11%, 0,10%, dan 0,09%.

Namun, di tengah tren pelemahan ini, Won Korea dan Baht Thailand justru menunjukkan penguatan terhadap dolar AS. Won Korea mencatat apresiasi tertinggi di regional, menguat 0,05% ke level KRW 1.392 per dolar AS, diikuti oleh Baht Thailand yang naik 0,03% ke posisi THB 32,27 per dolar AS.

Pengaruh Indeks Dolar AS (DXY)

Pergerakan mata uang Asia ini dipengaruhi oleh penguatan indeks dolar AS yang naik 0,08% ke level 97,84. Kenaikan ini terjadi setelah DXY sempat menyentuh level terendah sejak Juli 2025 pada perdagangan kemarin.

Penguatan dolar AS dipicu oleh antisipasi investor terhadap data tenaga kerja AS, termasuk nonfarm payrolls yang akan dirilis pada hari Jumat. Data ini diperkirakan akan memengaruhi kebijakan suku bunga The Federal Reserve (The Fed).

Saat ini, pasar memperkirakan peluang sebesar 90% untuk pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin pada bulan September, dengan potensi penurunan total hingga 100 bps pada tahun 2026. Selain faktor domestik, pasar juga dibayangi isu global seperti sengketa tarif era Donald Trump, upaya Presiden AS untuk memberhentikan Gubernur The Fed Lisa Cook, dan ketidakpastian politik di Eropa terkait ancaman jatuhnya pemerintahan Prancis.

Scroll to Top