Papua Nugini Bergegas Vaksinasi Polio Massal Setelah Kasus Lumpuh Dikonfirmasi

Papua Nugini tengah berpacu dengan waktu untuk menuntaskan program vaksinasi polio massal, dengan sekitar satu juta anak masih membutuhkan imunisasi. Kabar ini muncul setelah otoritas kesehatan mengonfirmasi adanya kasus lumpuh polio pada seorang anak laki-laki berusia empat tahun di Lae, Provinsi Morobe. Anak tersebut belum pernah mendapatkan vaksin polio sebelumnya.

Menurut keterangan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), anak laki-laki tersebut mengalami kelumpuhan pada kaki dan tangan kirinya. Meskipun tingkat keparahan kelumpuhannya tidak terlalu ekstrem, WHO menekankan bahwa dampak kelumpuhan akibat polio bersifat permanen dan sangat disesalkan.

Wabah polio diumumkan di Papua Nugini pada bulan Mei. Kasus lumpuh yang baru terkonfirmasi ini menjadi yang pertama sejak pengumuman tersebut. Pemerintah menargetkan untuk memberikan vaksinasi kepada 95% anak di bawah usia 10 tahun, atau sekitar 2,3 juta anak, guna menekan penyebaran virus polio. Hingga saat ini, cakupan vaksinasi baru mencapai 51%. WHO berharap target 95% dapat tercapai pada tanggal 5 September mendatang.

Virus polio yang beredar di Papua Nugini adalah jenis turunan dari vaksin (vaccine-derived poliovirus type 2). Untuk mengatasinya, anak-anak diberikan dua dosis vaksin polio oral (OPV) baru melalui kampanye imunisasi.

Departemen Kesehatan Papua Nugini menekankan bahwa virus jenis ini tergolong langka dan dapat muncul di komunitas dengan tingkat imunisasi yang rendah. Namun, virus ini dapat dikendalikan secara efektif melalui vaksinasi.

Tingkat imunisasi anak-anak di Papua Nugini secara umum mengalami penurunan hingga di bawah 50%. Kondisi ini sangat mengkhawatirkan karena meningkatkan risiko penyebaran berbagai penyakit menular.

Penurunan tingkat imunisasi disebabkan oleh berbagai faktor kompleks, termasuk kekurangan tenaga kesehatan, keterbatasan infrastruktur kesehatan yang telah berlangsung selama 15 tahun, serta akses yang sulit ke wilayah-wilayah terpencil dan pegunungan. Lebih dari separuh populasi yang menjadi target vaksinasi tinggal di daerah-daerah yang sulit dijangkau, baik karena lokasinya yang terpencil maupun karena keterbatasan transportasi. Selain itu, pendanaan untuk layanan kesehatan dan akses ke wilayah-wilayah terpencil juga menjadi tantangan tersendiri.

Scroll to Top