Kutai Timur (Kutim) terus berupaya menurunkan angka stunting, khususnya pada anak-anak yang hidup dengan HIV/AIDS. Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kutim menggandeng ahli untuk mensosialisasikan pencegahan stunting pada kelompok rentan ini.
Kepala DPPKB Kutim, Achmad Junaidi, menekankan bahwa anak dengan HIV/AIDS memiliki risiko lebih tinggi terkena stunting karena penyakit tersebut melemahkan sistem imun mereka.
"Anak-anak yang terinfeksi HIV/AIDS lebih rentan terhadap stunting. Efek penyakit ini mengurangi kekebalan tubuh, sehingga pertumbuhan terhambat," jelasnya.
DPPKB Kutim bekerja sama dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Kutim dan Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD) dalam kegiatan seminar dan sosialisasi. Tujuannya adalah meningkatkan pemahaman masyarakat tentang korelasi antara HIV/AIDS dan risiko stunting.
Selain seminar, DPPKB juga memanfaatkan podcast Bangga Kencana sebagai sarana edukasi. Melalui platform ini, para ahli memberikan penjelasan kepada masyarakat tentang pentingnya pencegahan stunting sejak dini.
"Fokus kami adalah pencegahan. Semua program dirancang untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dan mendorong mereka untuk melaporkan jika ada indikasi HIV/AIDS," tegas Junaidi. Deteksi dini sangat penting agar anak-anak yang lahir dari orang tua dengan HIV/AIDS dapat segera ditangani.
Dokter Meitha Togas dari IDI Kutim, menegaskan bahwa HIV/AIDS memiliki dampak signifikan pada pertumbuhan dan perkembangan anak. Ia menggambarkan HIV/AIDS dan stunting sebagai "lingkaran setan" yang menghambat generasi penerus.
"HIV/AIDS merusak sistem kekebalan tubuh. Anak-anak dengan HIV/AIDS secara otomatis memiliki risiko tinggi terkena stunting," jelasnya.
Oleh karena itu, penanganan harus dilakukan secara komprehensif, mulai dari pemberian obat antiretroviral (ART), manajemen gizi, hingga deteksi dini.
"Yang terpenting, orang tua harus berani melaporkan. Agar dapat segera dideteksi apakah anak mereka terinfeksi atau tidak. Tanpa kesadaran masyarakat, penanganan akan terlambat," pungkas Meitha.