Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, mengungkapkan kesedihan mendalam atas penjarahan yang terjadi di kediamannya di kawasan Bintaro pada Minggu dini hari, 31 Agustus 2025. Kejadian ini meninggalkan luka emosional yang mendalam baginya.
Melalui akun media sosialnya, Sri Mulyani menceritakan bagaimana sebuah lukisan bunga karyanya sendiri menjadi sasaran pencurian. Ia menggambarkan seorang pria berjaket merah yang dengan santai membawa lukisan itu keluar dari rumahnya.
Lukisan tersebut, yang dilukis 17 tahun lalu, memiliki makna khusus baginya. Sri Mulyani menganggapnya sebagai simbol perenungan dan kontemplasi diri, sesuatu yang sangat personal seperti rumah yang menjadi tempat tumbuh kembang anak-anaknya. Kehilangan lukisan itu diibaratkannya dengan hilangnya rasa aman, kepastian hukum, serta nilai-nilai kemanusiaan dari Indonesia.
"Lukisan Bunga itu bagi penjarah pasti dibayangkan bernilai sekedar seperti lembaran uang," tulis Sri Mulyani, menggambarkan perbedaan nilai antara materi dan sentimen pribadi.
Sri Mulyani juga menyoroti bagaimana kejadian ini diekspos secara berlebihan di media sosial, menciptakan histeria dan intimidasi. Ia menyayangkan hilangnya akal sehat, hukum, peradaban, dan rasa kemanusiaan akibat tindakan tersebut.
Meskipun merasa terpukul dengan kejadian ini, Sri Mulyani menekankan bahwa ada kehilangan yang lebih besar, yaitu nyawa manusia yang melayang dalam aksi demonstrasi atau unjuk rasa yang berakhir ricuh. Ia menyebut nama-nama korban dan mengungkapkan duka cita mendalam kepada keluarga yang ditinggalkan.
Sri Mulyani mengingatkan bahwa dalam kerusuhan, tidak ada pihak yang menang. Yang ada hanyalah hilangnya akal sehat, rusaknya harapan, dan runtuhnya fondasi negara hukum yang berkeadilan dan beradab.
Di akhir pesannya, Sri Mulyani mengajak seluruh masyarakat untuk menjaga dan terus memperbaiki Indonesia bersama, tanpa lelah, amarah, keluh kesah, dan putus asa. Ia menegaskan bahwa Indonesia adalah rumah bersama yang harus dijaga dari kekuatan yang merusak.