Pasar finansial Indonesia menutup perdagangan Rabu (3/9/2025) dengan hasil bervariasi. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil mencatatkan penguatan, sementara nilai tukar rupiah terhadap dolar AS justru mengalami pelemahan. Meskipun demikian, kekhawatiran akan demonstrasi yang sempat menghantui pasar telah mereda.
Hari ini menjadi penutup perdagangan saham pekan ini, mengingat Jumat (5/9/2025) adalah hari libur nasional memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.
Pergerakan pasar keuangan diperkirakan akan kembali fluktuatif. Pasar saham diperkirakan akan menahan laju kenaikan karena adanya potensi aksi ambil untung (profit taking) menjelang libur panjang.
IHSG ditutup menguat 1,08% ke level 7.885,86, melanjutkan tren positif selama dua hari berturut-turut. Sebanyak 400 saham mengalami kenaikan, 275 saham turun, dan 126 saham stagnan. Nilai transaksi mencapai Rp 18,3 triliun dengan volume 37,9 miliar saham. Investor asing tercatat melakukan penjualan bersih (net sell) sebesar Rp 1,39 triliun.
Sektor energi menjadi penopang utama penguatan indeks dengan kenaikan 3,94%, diikuti oleh sektor kesehatan (1,18%) dan konsumer non-primer (1,02%). Saham emiten tambang Sinar Mas, Dian Swastatika Sentosa (DSSA), menjadi penggerak indeks dengan kontribusi 39,1 poin.
Berbanding terbalik dengan IHSG, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah 0,09% ke level Rp16.410/US$. Pelemahan ini mengakhiri tren penguatan rupiah yang terjadi di awal pekan.
Faktor eksternal menjadi pemicu utama pelemahan rupiah, terutama penantian pasar terhadap rilis data ekonomi penting AS seperti JOLTS Job Openings, Fed Beige Book, dan laporan ketenagakerjaan AS untuk Agustus. Data-data ini akan memengaruhi arah kebijakan moneter The Federal Reserve (The Fed).
Bank Indonesia (BI) terus berupaya menjaga stabilitas nilai tukar rupiah melalui intervensi di pasar spot maupun Non Delivered Forward (NDF).
Di pasar obligasi Indonesia, imbal hasil obligasi tenor 10 tahun stagnan di level 6,1932%.
Pasar saham AS (Wall Street) menunjukkan tanda-tanda pemulihan, didorong oleh optimisme pasar terhadap potensi pemangkasan suku bunga oleh The Fed. Indeks Dow Jones melemah tipis 0,06%, sementara S&P 500 dan Nasdaq masing-masing naik 0,51% dan 1,02%.
Saham-saham sektor teknologi, seperti Alphabet dan Apple, menjadi pendorong utama pemulihan Wall Street.
Investor saat ini menantikan laporan ketenagakerjaan bulanan AS yang akan dirilis pada hari Jumat.
Fokus Hari Ini: Data Ekonomi AS dan Pertemuan Kepala Negara di China
Selain pergerakan pasar, terdapat beberapa agenda penting yang perlu diperhatikan hari ini, Kamis (4/9/2025):
- Pertemuan Kepala Negara di China: Presiden Prabowo Subianto melakukan kunjungan ke China untuk memenuhi undangan Presiden Xi Jinping. Kunjungan ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas kerja sama antara kedua negara.
- Pertumbuhan Ekonomi AS Melambat: Estimasi model GDPNow menunjukkan pertumbuhan PDB riil AS pada kuartal III 2025 mengalami revisi turun menjadi 3,0%. Hal ini memicu spekulasi bahwa The Fed akan menghentikan siklus kenaikan suku bunga.
- Lowongan Pekerjaan JOLTS AS Turun: Data JOLTS menunjukkan penurunan lowongan pekerjaan di AS pada bulan Juli, mengindikasikan pasar tenaga kerja yang mulai mendingin.
- PMI Jasa China Ekspansif: PMI Jasa Umum China meningkat menjadi 53,0 pada Agustus 2025, menandakan ekspansi tercepat di sektor jasa sejak Mei 2024.
- Rilis Data Ekonomi AS: Amerika Serikat akan merilis data neraca perdagangan, ekspor-impor, PMI Komposit S&P Global AS, dan PMI Jasa AS periode Agustus 2025.
Agenda Ekonomi Domestik Hari Ini:
- Rapat kerja Komisi VI DPR dengan Kementerian Perdagangan.
- Silaturahmi bersama Kementerian Koordinator Bidang Pangan.
- Rapat kerja Komisi V DPR dengan kementerian mitra.
- Konferensi pers hasil rapat Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan.
- Diskusi INDEF Menakar RAPBN 2026.
- RUPS Telkom.
Investor diharapkan untuk mencermati perkembangan data-data ekonomi dan agenda-agenda tersebut, karena berpotensi memengaruhi volatilitas pasar keuangan hari ini.