Rupiah Kokoh di Tengah Gejolak: Apa Rahasianya?

Nilai tukar Rupiah menunjukkan ketahanan yang luar biasa terhadap Dolar AS, bahkan di saat gelombang demonstrasi besar melanda Jakarta pada akhir Agustus 2025. Aksi unjuk rasa yang dipicu oleh isu kesenjangan pendapatan dan berujung pada kericuhan serta penjarahan, ternyata tidak menggoyahkan Rupiah secara signifikan.

Gubernur Bank Indonesia (BI) menegaskan bahwa Rupiah sempat melemah ke Rp 16.560, namun dengan cepat kembali menguat ke Rp 16.400 per Dolar AS, dengan target stabilisasi di level Rp 16.300. Stabilitas ini menjadi sorotan, terutama jika dibandingkan dengan krisis moneter 1998 yang menyebabkan Rupiah terpuruk hingga Rp 16.800 per Dolar AS.

Para ekonom sepakat bahwa ada beberapa faktor kunci yang menjadi penopang Rupiah.

Intervensi Aktif BI: Peran Bank Indonesia dalam menstabilkan Rupiah di pasar valuta asing sangat krusial. Data perdagangan menunjukkan bahwa Rupiah justru menjadi mata uang dengan kinerja terbaik di Asia selama masa kericuhan.

Fundamental Ekonomi yang Kuat: Inflasi yang terkendali dan surplus neraca perdagangan menjadi fondasi yang kokoh bagi Rupiah. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan inflasi Agustus hanya 2,31% (yoy) dan surplus neraca perdagangan sebesar US$ 4,17 miliar pada Juli.

Kepercayaan Investor: Investor asing tetap tertarik dengan obligasi Indonesia karena imbal hasil riil yang menarik. Komitmen Menteri Keuangan dalam menjaga disiplin fiskal juga memberikan sinyal positif kepada pasar.

Kebijakan Devisa Hasil Ekspor (DHE): Kewajiban eksportir untuk menempatkan devisa hasil ekspor di dalam negeri memperkuat pasokan Dolar AS di pasar keuangan. Surplus neraca perdagangan yang terjaga selama 63 bulan turut mendukung stabilitas Rupiah.

Stabilitas Sektor Keuangan: Para pelaku pasar meyakini bahwa stabilitas finansial dan perbankan tetap terjaga, sehingga aktivitas ekonomi riil tidak terlalu terganggu oleh demonstrasi.

Secara keseluruhan, stabilitas Rupiah di tengah gejolak politik merupakan hasil kombinasi dari intervensi BI, fundamental ekonomi yang sehat, kepercayaan investor, dan kebijakan DHE yang efektif. Faktor komunikasi pemerintah dan kredibilitas para pemangku kebijakan ekonomi juga berperan penting dalam menjaga ekspektasi pasar.

Scroll to Top