Kardiomiopati takotsubo, atau yang lebih dikenal dengan sindrom patah hati, adalah kondisi melemahnya otot jantung secara tiba-tiba dan perubahan bentuk. Seringkali, pemicunya adalah stres emosional atau fisik yang hebat, seperti kehilangan orang terkasih. Kondisi ini dapat menimbulkan gejala serupa serangan jantung dan meningkatkan risiko kematian dini dua kali lipat dibandingkan populasi umum.
Meskipun belum ada obat untuk sindrom patah hati, penelitian terbaru menunjukkan harapan baru dalam pemulihan. Sebuah uji coba terkontrol acak pertama pada pasien sindrom patah hati mengungkapkan bahwa terapi perilaku kognitif (CBT) dan program latihan pemulihan jantung dapat membantu memulihkan fungsi jantung.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa CBT khusus dan program latihan yang melibatkan aktivitas seperti berenang, bersepeda, dan aerobik, secara signifikan membantu pemulihan jantung.
Penelitian ini melibatkan 76 pasien kardiomiopati takotsubo, dengan mayoritas (91%) adalah perempuan dengan usia rata-rata 66 tahun. Pasien dibagi secara acak menjadi tiga kelompok: CBT, program olahraga, dan perawatan standar. Semua pasien tetap menerima perawatan dan pengobatan lain yang direkomendasikan oleh ahli jantung.
Kelompok CBT menjalani 12 sesi terapi perilaku kognitif mingguan yang disesuaikan dengan kondisi mereka, disertai dukungan harian. Sementara itu, kelompok olahraga mengikuti program latihan selama 12 minggu yang mencakup sepeda statis, treadmill, aerobik, dan berenang, dengan peningkatan intensitas dan frekuensi secara bertahap.
Para peneliti menggunakan teknik pencitraan canggih untuk mempelajari bagaimana jantung pasien memproduksi, menyimpan, dan menggunakan energi. Hasilnya menunjukkan bahwa pasien dalam kelompok CBT dan olahraga mengalami peningkatan signifikan dalam jumlah energi yang tersedia bagi jantung untuk memompa, berbeda dengan kelompok perawatan rutin.
Jarak rata-rata yang dapat ditempuh pasien CBT dalam enam menit meningkat dari 402 meter menjadi 458 meter. Kelompok olahraga mampu berjalan rata-rata 528 meter dalam enam menit, meningkat dari 457 meter pada awal penelitian. Selain itu, terjadi peningkatan konsumsi oksigen maksimum (VO2 max) sebesar 15% pada kelompok CBT dan 18% pada kelompok olahraga. Peningkatan ini menunjukkan perbaikan signifikan dalam kesehatan jantung.
Temuan ini mengindikasikan bahwa perawatan melalui CBT dan olahraga dapat memberikan manfaat jangka panjang, termasuk mengurangi gejala dan risiko kematian pada pasien sindrom patah hati. Meskipun latihan fisik terbukti membantu pasien jantung, studi ini secara menarik juga menunjukkan bahwa terapi perilaku kognitif dapat meningkatkan fungsi jantung dan kebugaran.
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan apakah pendekatan ini dapat meningkatkan kelangsungan hidup atau mengatasi gejala dalam jangka panjang. Namun, temuan ini memberikan harapan baru bagi pasien yang berjuang dengan kondisi yang menghancurkan ini.