Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) secara resmi mencabut status darurat kesehatan masyarakat global terkait wabah mpox pada Jumat, 5 September 2025. Keputusan ini diambil setelah melihat tren penurunan yang stabil pada kasus dan angka kematian di Republik Demokratik Kongo (DRC) dan beberapa negara lain yang terdampak.
Sebelumnya, WHO menetapkan status "public health emergency of international concern" (PHEIC) pada Agustus 2024, menyusul merebaknya epidemi mpox atau cacar monyet, terutama di DRC.
Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, menyampaikan pencabutan status darurat setelah menerima rekomendasi dari komite darurat dalam pertemuan triwulanan pada Kamis, 4 September 2025.
"Keputusan ini didasarkan pada penurunan kasus dan kematian yang berkelanjutan di Republik Demokratik Kongo dan negara-negara lain yang terdampak, termasuk Burundi, Sierra Leone, dan Uganda," kata Tedros.
Meskipun PHEIC dicabut, Tedros menekankan bahwa ancaman wabah belum sepenuhnya hilang. "Situasi ini tetap menjadi darurat kesehatan di tingkat benua Afrika," tegasnya.
Mpox, yang berasal dari famili virus cacar, dapat menular dari hewan ke manusia maupun antarmanusia melalui kontak fisik dekat. Penyakit ini pertama kali terdeteksi pada manusia pada 1970 di DRC, yang saat itu masih bernama Zaire. Gejalanya meliputi demam, nyeri otot, hingga lesi kulit besar menyerupai bisul, dan dalam kasus tertentu bisa berakibat fatal.
Mpox memiliki dua subtipe utama, yaitu klade 1 dan klade 2. Virus yang selama puluhan tahun endemik di Afrika Tengah mulai menarik perhatian dunia pada Mei 2022, saat klade 2 menyebar lintas benua, terutama menyerang pria gay dan biseksual.
WHO menetapkan status darurat kesehatan global pada Juli 2022, yang kemudian dicabut pada Mei 2023 berkat vaksinasi massal dan peningkatan kesadaran publik.
Setahun kemudian, epidemi baru kembali muncul, dipicu strain klade 1a yang lama serta varian baru klade 1b, sehingga menimbulkan kekhawatiran global sebelum akhirnya status PHEIC kembali dicabut pada September 2025.
