Penemuan Aneh: Sel "Muntah" untuk Sembuhkan Diri, Tapi Ada Risiko Kanker!

Ilmuwan baru saja membuka tabir mekanisme penyembuhan diri yang unik dan kompleks pada sel yang terluka. Penelitian mengungkap bahwa sel memiliki kemampuan "membersihkan diri" secara radikal untuk kembali ke kondisi mirip sel punca. Proses yang disebut katartositosis ini mempercepat regenerasi, namun meninggalkan limbah berbahaya yang berpotensi memicu peradangan kronis hingga kanker.

Studi terbaru pada tikus menunjukkan adanya strategi penyembuhan yang belum pernah terdeteksi sebelumnya. Tim peneliti berhasil mengidentifikasi proses pembersihan seluler yang membantu sel rusak kembali ke bentuk seperti sel punca dengan cepat. Proses inilah yang kemudian dinamakan katartositosis.

Penemuan ini berawal dari eksperimen pada cedera lambung. Melalui model ini, para ilmuwan dapat mengamati bagaimana sel berhasil atau gagal memperbaiki diri setelah kerusakan akibat infeksi atau penyakit inflamasi.

Inti dari penemuan ini adalah: setelah cedera, sel fokus untuk memperbaiki kerusakan. Namun, mekanisme seluler yang sudah matang justru menghambat proses tersebut. Pembersihan sel (katartositosis) menjadi jalan pintas untuk menyingkirkan mekanisme tersebut, sehingga sel dapat dengan cepat berkembang biak dan memperbaiki cedera. Proses ini teridentifikasi di saluran pencernaan, namun diduga juga berlaku di jaringan lain.

Para peneliti menekankan bahwa katartositosis berlangsung cepat namun tidak teratur. Hal ini menjelaskan mengapa beberapa proses penyembuhan gagal, terutama pada cedera jangka panjang. Jika proses ini terus berlanjut tanpa terkendali, misalnya selama infeksi, dapat memicu peradangan kronis dan kerusakan sel berkelanjutan, menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan kanker.

Menariknya, penumpukan limbah yang dikeluarkan selama proses katartositosis dapat menjadi penanda untuk melacak atau mendeteksi kanker.

Awalnya, para peneliti menganggap remeh keberadaan puing-puing di luar sel. Namun, seiring bertambahnya jumlah limbah eksternal yang terlihat, mereka mulai curiga ada mekanisme yang disengaja di baliknya.

Eksperimen pada model cedera lambung tikus yang memicu pemrograman ulang sel-sel dewasa ke keadaan sel punca, memperjelas bahwa respons "muntah" yang terjadi secara bersamaan di semua sel lambung merupakan ciri khas katartositosis, bukan sekadar tumpahan yang tidak disengaja.

Meskipun katartositosis terjadi selama pemrograman ulang sel, para peneliti berpendapat bahwa sel berpotensi menggunakan proses ini untuk membuang limbah dalam situasi lain yang lebih mengkhawatirkan, seperti memberikan sel dewasa kemampuan untuk bertindak seperti sel kanker.

Penelitian lebih lanjut diperlukan, namun para ilmuwan menduga bahwa katartositosis dapat berperan dalam memperparah cedera dan peradangan pada infeksi Helicobacter pylori di usus, bakteri yang dikenal merusak lambung, menyebabkan tukak lambung, dan meningkatkan risiko kanker lambung.

Penemuan ini membuka jalan bagi strategi pengobatan baru untuk kanker lambung dan mungkin kanker saluran pencernaan lainnya. Saat ini, tengah dikembangkan antibodi yang mengikat bagian-bagian limbah seluler yang dikeluarkan selama katartositosis, menyediakan cara untuk mendeteksi kapan proses ini mungkin terjadi, terutama dalam jumlah besar.

Dengan demikian, katartositosis berpotensi digunakan sebagai penanda kondisi prakanker, memungkinkan deteksi dan pengobatan dini.

Scroll to Top