Elon Musk, sang maestro teknologi yang kini menduduki tahta orang terkaya di dunia, berpeluang besar mencetak sejarah sebagai triliuner pertama di muka bumi. Pemicunya adalah paket kompensasi fantastis yang dirancang dewan direksi Tesla, bertujuan mengamankan dedikasi penuh Musk pada perusahaan mobil listrik yang sedang menghadapi tantangan.
Rancangan imbalan ini menjanjikan Musk tambahan saham Tesla, asalkan perusahaan mampu melampaui valuasi yang belum pernah dicapai sebelumnya. Bayangkan, kapitalisasi pasar yang nilainya tak terbayangkan oleh perusahaan manapun saat ini.
Paket tersebut berpotensi memberikan Musk 423,7 juta lembar saham tambahan, senilai sekitar Rp 2.353 triliun berdasarkan harga saham saat ini. Namun, hak atas saham tersebut hanya akan terwujud jika valuasi Tesla meroket hingga mencapai Rp 139.400 triliun dalam beberapa tahun mendatang, jauh melampaui kapitalisasi pasar Tesla saat ini yang berada di angka Rp 18.040 triliun. Jika target ambisius ini tercapai, nilai saham tambahan Musk bisa mendekati Rp 15.400 triliun, menjadikannya individu pertama dalam sejarah yang memiliki kekayaan sefantastis itu.
Dengan pencapaian ini, Tesla akan melampaui Nvidia sebagai perusahaan paling bernilai di pasar saham, sekaligus menegaskan posisinya sebagai produsen otomotif paling berharga, meski volume penjualan dan profitnya masih kalah dari Toyota dan pesaing lainnya.
Usulan paket kompensasi ini tercantum dalam dokumen resmi Tesla, yang juga mencakup usulan pemegang saham agar perusahaan berinvestasi di xAI, perusahaan kecerdasan buatan milik Musk yang belum melantai di bursa.
xAI baru-baru ini mengakuisisi platform media sosial X (sebelumnya Twitter), yang dibeli Musk pada tahun 2022 dengan nilai Rp 721,6 triliun. Jika Tesla berinvestasi di xAI, Musk berpotensi meraup keuntungan ganda, mengingat ia adalah pemilik mayoritas di kedua perusahaan.
Saham Elon Musk di Tesla Saat Ini
Saat ini, Musk memiliki 410 juta saham Tesla senilai Rp 2.283,6 triliun, belum termasuk kepemilikannya di xAI, SpaceX, dan perusahaan lainnya yang ia dirikan. Total kekayaannya, menurut perhitungan terkini, mencapai Rp 6.207,2 triliun.
Namun, sebagian dari paket sahamnya masih terganjal masalah hukum. Opsi pembelian 304 juta saham dari paket 2018 telah dua kali dibatalkan oleh pengadilan, meskipun mayoritas pemegang saham Tesla menyetujuinya.
Tahun ini, perusahaan kembali mencoba memberikan opsi tersebut, yang jika terealisasi akan membuat Musk menguasai 18% saham Tesla. Nilai saham Tesla sempat melonjak setelah pemilihan presiden AS 2024, ketika investor meyakini hubungan dekat Musk dengan Presiden Donald Trump akan memberikan keuntungan.
Namun, gelombang protes, penurunan penjualan, dan penurunan laba menyebabkan sahamnya kembali merosot. Meskipun sempat pulih, harga saham masih 26% lebih rendah dari puncak tertinggi di bulan Desember.
Meskipun demikian, Musk dan para pendukungnya di Wall Street tetap yakin masa depan Tesla cerah. Musk terus menjanjikan terobosan besar dalam pengembangan mobil swakemudi, termasuk layanan robotaxi, hingga robot humanoid yang menurutnya berpotensi melampaui bisnis mobil listrik Tesla sendiri.
"Ini memang paket bayaran yang sangat besar, tetapi Tesla perlu memastikan aset terbesarnya, yaitu Musk, tetap memimpin," ujar seorang analis dari sebuah lembaga sekuritas terkemuka. Ia menambahkan bahwa di era AI ini, Musk adalah penggerak utama pertumbuhan Tesla di masa depan.
Elon Musk Diminta Lebih Fokus ke Tesla
Tesla menekankan pentingnya menjaga fokus Musk, mengingat ia memiliki begitu banyak bisnis sekaligus aktif di politik, bahkan berencana mendirikan partai baru. Dewan juga menyinggung rencana suksesi, dengan syarat Musk harus menyiapkan kerangka pergantian CEO sebelum menerima bagian akhir dari 70 juta sahamnya.
Musk tidak menerima gaji tunai dari Tesla, sehingga semua kompensasinya berasal dari saham. Sejak 2017, ia bahkan tidak menerima bayaran karena masih terhambat perselisihan hukum terkait opsi saham.
Berbeda dengan tokoh teknologi lainnya, Musk menilai perlu tambahan saham untuk memperkuat kendalinya di Tesla. Ia secara terbuka menyatakan bahwa ia perlu menguasai setidaknya 25% saham Tesla agar dapat memimpin pengembangan AI dan robotika tanpa khawatir digulingkan.
"Jika tidak, saya lebih baik mengembangkan produk di luar Tesla," tulis Musk di media sosial. Menurut seorang investor awal Tesla, paket bayaran ini tak lain adalah upaya Musk untuk mengamankan posisinya, mengingat kepemilikan sahamnya saat ini hanya 13%.