Generasi Z (Gen Z) mulai meninggalkan smartphone dan beralih ke ponsel yang lebih sederhana atau dumbphone. Apa alasannya?
Ponsel jadul dengan fitur terbatas menawarkan pengalaman yang tidak membuat ketagihan. Fokus utama dumbphone adalah fungsi dasar seperti panggilan dan SMS, menjauhkan pengguna dari godaan media sosial.
Terlalu lama menggulir (scrolling) media sosial berdampak negatif pada kesehatan mental. Penelitian menunjukkan adanya kaitan antara kebiasaan tersebut dengan gejala ADHD, depresi, kecemasan, dan kurang tidur.
Meningkatnya penggunaan dumbphone menunjukkan kesadaran remaja tentang dampak teknologi pada kesehatan mental mereka. Generasi muda yang mengalami masalah kesehatan mental memilih untuk menjauhi media sosial.
Selain itu, Gen Z curiga terhadap teknologi yang mengumpulkan data dan perhatian mereka. Kekhawatiran ini mendorong tren retro, seperti kembalinya piringan hitam, kaset, majalah, dan video game 8-bit.
Kecepatan membalas pesan seakan menjadi tolok ukur saat ini. Padahal, seharusnya tidak ada tekanan untuk selalu responsif.
Nostalgia terhadap Nokia 3310 mendorong peluncuran kembali ponsel ini pada 2017 dan meledak popularitasnya berkat TikTok. Penjualan flip phone juga meningkat pesat.
Fenomena ini juga dikenal sebagai minimalisme digital. Gen Z adalah satu-satunya generasi yang mengalami penurunan waktu penggunaan media sosial sejak 2021.
Meskipun tumbuh di dunia digital, semakin banyak Gen Z yang melakukan digital detox. Mereka mengurangi penggunaan smartphone dan melaporkan peningkatan produktivitas. Mengurangi waktu di depan layar meningkatkan rentang perhatian dan mendorong hubungan di dunia nyata.
Namun, offlining juga memiliki tantangan. Beberapa layanan publik mulai menerapkan pendaftaran daring, atau restoran yang menyediakan menu dalam bentuk QR. Sehingga, penggunaan smartphone masih tak terhindarkan.